HobbyMiliter.com – Ketika Perang Nuklir Nyaris Terjadi Antara Militer Soviet VS China. Walaupun sama sama negara penganut komunis, ternyata Soviet dan China pernah terlibat perang dan nyaris tereskalasi menjadi perang nuklir.
Awalnya, pada tahun 1900 Kekaisaran Rusia menandatangani Perjanjian Beijing (Treaty of Beijing) yang isinya antara lain Kekaisaran China (karena pemberontakan boxer, akan dibahas di lain waktu) menyerahkan daerah Outer Manchuria dan beberapa wilayah China lainnya ke dalam penguasaan Rusia. Ketika Rusia menjadi Soviet komunis dan Kekaisaran China runtuh dan komunis berkuasa setelah mengusir kaum nasionalis ke Taiwan, kedua negara menjadi dua negara komunis terbesar di Dunia. Namun, walau sama sama negara komunis, persoalan sengketa wilayah hasil perjanjian 1900 itu tetap menjadi api dalam sekam bagi hubungan kedua negaranya. Namun, karena China masih membutuhkan bantuan teknologi Soviet dalam pembangunan negaranya, dan Soviet masih membutuhkan China sebagai konsumen loyalnya, hal itu berhasil diredam selama beberapa tahun.
Namun pada tahun 1956 semua berubah. Di bulan Februari 1956 Nikita Khrushchev dalam pidatonya di kongres Partai Komunis ke 20 menyerang reputasi Stalin dengan mengatakan bahwa almarhum Stalin adalah seorang yang intoleran, brutal dan melakukan abuse of power selama menjadi orang nomer satu di Soviet, dan kemudian menuntut perubahan dan mengeliminasi semua pengaruh Stalin, Beria dan Molotov di pemerintahan.
Pemimpin China waktu itu, Mao Zedong, yang menganggap dirinya merupakan sahabat Stalin, terkejut dengan pernyataan ini. Dia merasa bahwa pernyataan Khrushchev juga menyerang dirinya, karena apa yang dilakukan Stalin sebelas dua belas dengan apa yang dilakukannya untuk melanggengkan kekuasaan.
Kemudian hari, di tahun 1958, Pemerintahan Soviet di bawah Nikita Khrushchev ingin memasang sistem komunikasi radio jarak jauh di wilayah China untuk armada laut dan kapal selamnya yang beroperasi di Pasifik. Untuk itu dia meminta persetujuan Mao.
Mao Zedong, walaupun curiga, namun memberikan persetujuan dengan prasyarat bahwa Soviet akan memberikan China senjata nuklir sebagai barternya. Khrushchev tentu saja menolak keras, walaupun sebenarnya ilmuwan China pada waktu itu dengan satu dan berbagai cara sudah berhasil mendapatkan blueprint bom atom dari Soviet. Penolakan ini membuat Mao Zedong berang, karena sebagai sesama negara komunis, Soviet dianggap tidak mengerti konsep mutualisme, apalagi ketika menghadapi musuh yang sama, negara negara kapitalisme.