HobbyMiliter.com – Tujuh belas tahun yang lalu, pasukan tentara Russia dengan kekuatan hanya sekitar 200 orang, bergerak sejauh 600Km dari Serbia menuju Pristina, Kosovo untuk menduduki bandara kota tersebut, “Slatina”. Hal ini terjadi di masa masa perang masih berkecamuk di Kosovo.
Bandara ini adalah satu satunya aerodrome yang mampu melayani armada transport berat dan NATO saat itu ingin menguasainya. Tapi, Russia berhasil lebih dahulu sampai di sana dan mencegah NATO menguasi bandara tersebut sehingga memicu sebuah ketegangan yang saat itu disebut Incident at Pristina Aiport.
Perang Kosovo berakhir pada 11 Juni 1999. Dan pasukan perdamaian gabungan NATO-Russia pun ditugaskan di Kosovo. Russia saat itu sebenarnya menginginkan sektor tersendiri yang independen dari pasukan NATO. Namun negara negara NATO khawatir, jika Russia diberi sektor yang independen dapat mengakibatkan terpecahnya Kosovo menjadi Kosovo-Serbia di Utara dan Kosovo-Albania di Selatan.
Pada pagi hari 11 Juni 1999, sekitar 30+ kendaraan lapis baja Russia yang mengangkut sekitar 200an serdadu, yang merupakan bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Bosnia, bergerak ke arah Serbia.
Seluruh kendaraan ini di cat dengan tulisan KFOR putih secara terburu buru, seharusnya mereka bertuliskan SFOR. Sudah diperkirakan, bahwa pasukan ini akan ngebut menuju bandara kota Pristina, berusaha sampai terlebih dahulu sebelum pasukan NATO.
Begitu mendengar pergerakan pasukan ini, Jendral NATO dari Amerika, Wesley Clark memerintahkan pasukan para Inggris dan Perancis bersiap untuk diterbangkan ke Pristina dengan helikopter sesegera mungkin, dan merebut paksa bandara sebelum didahukui pasukan Russia yang sedang dalam perjalanan. Birokrat NATO khawatir dengan perintah ini. Helikopter helikopter tersebut bisa saja ditembak jatuh oleh pasukan Serbia dan masuknya pasukan NATO sebelum waktu yang ditetapkan sesuai dalam perjanjian sebelumnya bisa saja dianggap Serbia sebagai invasi dan memungkinkan Serbia mundur dari pembicaraan damai. Besar taruhannya.
Ditambah, jika pasukan airborne tersebut mengalami masalah, sangat sulit untuk mencapai mereka, karena harus melewati jalan, jembatan dan terowongan yang dipastikan sudah dipersiapkan dengan jebakan bom oleh Serbia dan Kosovo sendiri. Sedangkan perjanjiannya sendiri menyebutkan, bahwa pasukan NATO baru bisa masuk sehari setelah Serbia menarik mundur seluruh pasukannya di Kosovo. Pada akhirnya, karena perintah GO tidak turun turun, pasukan para Inggris pun cuma nongkrong di dalam Chinook seharian, sebelum akhirnya perintah dibatalkan.
NATO bedebah selalu saja mau menang sendiri. Gak pernah berpikir tentang orang lain. Coba saja insiden Pig Bay terjadi lagi di sini, pasti malu habis. Sudah itu Bulgaria, Hungaria dan Romania mau saja di setir sama NATO emangnya dapat apa dari NATO ?? Mendingan netral saja, terserah siapa yang mau lewat, yang penting izin dulu. Kalau pesawat NATO juga harus izin.
Pasukan paling kurang ajar kalau sudah soal terobos airspace orang yang si Amerika dan Inggris dan belum pernah ada yang berani mencegat armada mereka.
Justru saat itu, mereka mencegah Russia (yang berpihak pada Serbia) membantu Serbia memanfaatkan bandara ini. Ingat, waktu itu NATO berada di pihak Bosnia-Herzegovina dan Russia berada dipihak Serbia-Bosnia. Awalnya NATO lembek, di Srebrenica bahkan Yon Belanda yang ditugaskan melindungi Muslim Bosnia disana diancam oleh Serbia-Bosnia dan terpaksa mundur, mengakibatkan terjadinya pembantaian di Srebrenica. Lembeknya NATO saat itu karena ROE yang diberikan terbatas banget, walau tugasnya melindungi Muslim di Srebrenica, melindunginya hanya dengan “presence”, tanpa bisa menggunakan kekuatan senjata KECUALI bila yon tersebut diserang. Yah, kira kira sama dengan ROE Pasukan Garuda di Lebanon saat ini lah!
Setelah terjadi pembantaian Srebrenica itulah NATO merasa tertampar oleh Ratko Mladic. Dan mulai merancang operasi untuk melumpuhkan kekuatan pasukan Serbia-Bosnia.
Bulgaria, Hongaria dan Romania kan Anggota NATO om Surya 😀
Nais inpoh bang.
Tengkiyu, bookmark web ini buat info2 lain yg update