Beli Ngeteng, Cara Singapura Memperbanyak F-16 RSAF – HobbyMiliter.com. Dalam diskusi diskusi di forum forum militer online maupun di grup grup militer di Facebook, cukup banyak yang mengkritik pembelian – pembelian alutsista yang dilakukan pemerintah dalam jumlah terbatas, atau sering diistilahkan dengan sebutan ngeteng.
Sering pula dibandingkan dengan beberapa negara sultan yang mempunyai armada alutsista segambreng dan seubreg. Salah satunya adalah Singapura. Si tetangga yang sering disebut sebagai red dot, karena saking mininya ukuran negaranya, walaupun maxi ukuran jumlah dan kualitas alutsistanya.
Sebagai salah satu angkatan udara yang disebut sebut terkuat di ASEAN, Singapura saat ini memiliki sekitar 60-an F-16. Sebagian berada di luar negeri sebagai detasemen latihan, sebagian berada di dalam negeri sebagai alat pertahanan. Bandingkan dengan jumlah F-16 Indonesia yang di angka 30-an, itupun setelah sekian tahun berada di angka 10 unit saja dari asalnya yang berjumlah 12 unit.
Tapi tahukah anda sekalian, ke 60 F-16 tersebut (dan sebagian besar alutsista Singapura lainnya) sebetulnya dibeli secara ngeteng, dalam jumlah sedikit sedikit, sesuai dengan kemampuan ekonominya. Hanya saja perencanaan dan pelaksanaan pembeliannya dilakukan secara kontinyu. Begini ceritanya :
Singapura memutuskan membeli F-16 ditahun 1985 untuk meremajakan Hawker Hunternya. Mereka menandatangani pembelian 8 unit F-16/79 dalam kerangka FMS (Foreign Military Sales) Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. F-16/79 ini adalah F-16 yang speknya dibawah standar USAF. Namun kemudian ditengah perjalanan, Singapura merubah pesanannya menjadi F-16 A/B OCU sama seperti yang dibeli Indonesia.
Pembelian F-16 A/B Singapura ini diberi kode Peace Carvin I karena dilakukan dengan skema FMS. Pesawat ini pertama landing di Singapura pada Januari 1990, sebulan setelah TNI AU menerima pesawat type yang sama di Desember 1989. TNI AU tetap tercatat yang menjadi operator F-16 duluan dibanding RSAF.
3 tahun kemudian di 1993, Singapura mengumumkan proyek Peace Carvin II. Pembelian 11 unit F-16 C/D yang terdiri dari 5 unit F-16C dan 6 unit F-16D. Tidak lama, 1994 order ditambah 7 unit lagi menjadi total 18 F-16C/D yang terdiri 8 F-16C dan 10 F-16D. Pesawat pertama dari proyek Peace Carvin II ini landing di Singapura pada Agustus 1998.
jadi jangan malu kalo beli ngeteng.. yang penting komitmen nya… ?
Gak papa lah ngeteng, yg penting kan ntar lama2 punya 1 skuadron
Singapura memiliki kelebihan dibandingkan indonesia, selain memiliki ekonomi yang kuat mereka juga sekutu dekat USA, sehinhga segala proses modernisasi yang dilakukan berjalan mulus, serta selalu mendapatkan versi termodern yang bisa dijual.
itu kan sekarang.
Pas Peace Carvin II, ketika mereka beli beberapa F-16; kita mborong 40 hawk dengan harga satuan yg lebih mahal dari F-16 dia lho.. Seharga F-18 lah…
artinya saat itu ekonomi kita lebih baik bukan?
Versi yang mereka punya pun bukan termodern, kalah modern sama UAE. Mereka pun baru boleh beli AMRAAM setelah Malaysia punya R-77.
cek timeline nya deh 😀
singapur jg ngeteng tp program’y komitmen n’ kontinyu, kt khan kumat kumatan..
Kontinyu dan cuma satu di blok barat, kalau kita kan campuran blok tomur dan blok barat, ada plus minusnya