Kemampuan thrust vectoring dengan cara membelokkan lubang semburan mesin pesawat memungkinkan pesawat melakukan berbagai manuver yang tidak mungkin dilakukan den-
gan mesin pesawat konvensional.
Pesawat konvensional hanya bisa menggunakan bilah kemudi aerodinamis biasa seperti elevator dan aileron untuk membelok dan berguling (roll). Namun bagi pesawat dengan kemampuan vectoring meskipun masih menggunakan peralatan kemudi yang sama namun bisa melakukannya dengan jauh lebih cepat dan dengan sudut lebih ekstrem, bisa membelok atau menanjak dengan sudut yang tidak mungkin dilakukan menggunakan kemudi konvensional.
Pesawat yang menggunakan metode thrust vectoring saat ini kebanyakan menggunakan mesin turbofan dengan lubang pancaran (nozzle atau vane) bisa membelokkan arah gas dorong. Bahkan ada yang bisa membelokkan pancaran gas dorong hingga 90 derajat. Sehingga bisa digunakan untuk tinggal landas atau mengambang dengan daya dorong vertikalnya. Untuk menghasilkan daya angkat sebesar mampu mengangkat pesawat dibutuhkan mesin yang cukup besar yang tentunya mempunyai bobot cukup berat.
Pesawat dengan thrust vectoring yang cukup terkenal adalah pesawat Hawker Siddeley Harrier, yang menggunakan mesin Rolls-Royce Pegasus, dan juga kembarannya pesawat AV-8B Harrier II milik Korps Marinir AS. Selain itu pesawat tempur generasi ke lima dengan kemampuan jelajah supersonik dan berteknologi siluman seperti Lockheed Martin F-22A Raptor dan F-35.