Sunday, November 24, 2024
HomeBlog MiliterBiografiBiografi Mochammad Idjon Djanbi, Bapak Kopassus Indonesia

Biografi Mochammad Idjon Djanbi, Bapak Kopassus Indonesia

Masih di tahun yang sama, tepatnya 2 November 1951, Kolonel Alex Kawilarang mendapat tugas baru menjadi Panglima Tentara & Teritorium III/Siliwangi, Jawa Barat. Dalam posisi barunya itulah, Alex Kawilarang ingin mewujudkan cita-cita rekan seperjuangannya Letkol Slamet Rijadi untuk membentuk pasukan berkualifikasi komando. Pasukan khusus semakin dibutuhkan untuk menghadapi rongrongan DII/TII pimpinan Kartosowiryo di wilayah Jawa Barat yang semakin meningkat.

Gagasan ini sulit terwujud tanpa menemukan pelatih berkualifikasi komando. Alex Kawilarang mahfum, tidak ingin gagasan ini kandas lagi di tengah jalan seperti nasib Kompi Pasukan Khusus (Kipasko). Kompi khusus yang pernah ia bentuk itu, sayangnya bubar karena tidak menemukan pelatih berkualifikasi komando.

Mochammad Idjon Djanbi, Bapak Kopassus Indonesia
Mochammad Idjon Djanbi, Bapak Kopassus Indonesia

Waktu itu, kompi satuan khusus Kipasko yang dibentuk Alex Kawilarang dipimpin oleh Letnan Boyke Nainggolan. Sayangnya, latihan baru berjalan dua bulan, kompi ini sudah bubar karena tak kunjung menemukan pelatih berkualifikasi komando.

Akhirnya Alex Kawilarang memperoleh informasi soal Idjon Djanbi. Ia lalu memanggil mantan ajudannya Letda Sugiyanto yang pernah terlibat pendidikan CIC II bersama Idjon Djanbi  sebelumnya. Sugiyanto menghubungi Idjon Djanbi untuk menghadap Kawilarang di Bandung.

BACA JUGA :  Rusia Gandeng PT Dirgantara Indonesia Dalam Produksi Komponen Sukhoi

Terhitung 1 April 1952, atas keputusan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, memutuskan bahwa Idjon Djanbi diangkat menjadi mayor infanteri TNI AD dengan NRP 17665. Lalu ia lapor diri kepada Kolonel Alex Kawilarang selaku Panglima Komando Tentara & Terirorium III/Siliwangi untuk menerima tugas.

Mayor (Inf) Idjon Djanbi segera melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus. Tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan khusus dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/ Siliwangi disingkat Kesko III di bawah komando Mayor Inf Idjon Djanbi.

Satu tahun kemudian Satuan yang baru dibentuk ini diambil alih kendalinya langsung di bawah Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Hal ini dilakukan mengingat Kesko III perlu didukung fasilitas dan sarana memadai untuk fungsi lebih luas.

Sehingga pada 14 Januari 1953, Kesko III berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Kemudian KSAD mengeluarkan surat keputusan pada 29 September 1953 tentang pengesahan pemakaian baret sebagai tutup kepala prajurit yang lulus pelatihan Komando. Lanjut pada 25 Juli 1955, KKAD berubah nama menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) di bawah komando Mayor Mochammad Idjon Djanbi.

BACA JUGA :  Tradisi Bersih-Bersih Pesawat Di Lanud Supadio

Setahun kemudian, RPKAD menyelenggarakan pelatihan terjun payung pertama. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pasukan komando di Margahayu Bandung. Langkah ini diambil karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar. Idjon Djanbi menginginkan prajurit RPKAD memiliki bekal sebagai pasukan payung, sehingga dapat digerakkan ke medan operasi menggunakan pesawat. Lulusan pelatihan terjun payung meraih kualifikasi sebagai penerjun militer serta berhak menyandang wing penerjun.

Mochammad Idjon Djanbi, Bapak Kopassus Indonesia
Mochammad Idjon Djanbi, Bapak Kopassus Indonesia

Masih di tahun 1956, pimpinan MBAD melihat celah untuk mengambil alih kepemimpinan RPKAD ke orang Indonesia. Buntutnya, Mayor Idjon Djanbi ditawari jabatan baru yang jauh dari urusan pelatihan komando dengan menjadi koordinator Staf Pendidikan pada Inspektorat Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat).

Tak lama menjabat, Idjon Djanbi meminta pensiun dini akhir 1957. Kebetulan waktu itu Indonesia sedang aktif melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang sebelumnya dikuasai penguasa Belanda. Idjon Djanbi yang telah menjadi WNI diberi jabatan mengepalai perkebunan milik asing yang telah dinasionalisasi.

BACA JUGA :  KRI Ki Hajar Dewantara (364), Kapal Perang Latih TNI AL Yang Akan Pensiun

Status Idjon Djanbi tidak pensiun sebagai anggota RPKAD, melainkan dikaryakan sebagai direktur produksi di Perusahaaan Perkebunan Karet XXX Subang, Jawa Barat. Selepas dari sana ia berbisnis di bidang pariwisata dengan usaha penyewaan bungalow di Kaliurang, Yogayakarta. Tahun 1968 bertepatan dengan HUT Kopassus ke-69, pangkatnya dinaikan menjadi letnan kolonel dengan hak pensiun.

Suatu hari di tahun 1977, Idjon Djanbi mengendarai mobil bersama keluarganya berlibur ke Yogyakarta. Tiba di sana, ia mengeluhkan sakit hebat di bagian perutnya. Keluarga segera membawanya ke rumah sakit Panti Rapih.

Hasil diagnosa dokter diketahui bahwa Idjon Djanbi mengalami usus buntu dan harus dioperasi. Usai dua minggu diope-rasi tidak kunjung sembuh malah bertambah parah. Ternyata usus besarnya turut bermasalah, sehingga jiwanya tidak tertolong lagi.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

30-drone-defence-konsep-anti-drone-terbaru

Perusahaan Anti Drone Inggris Luncurkan Konsep Drone-Jamming Terbarunya

0
Hobbymiliter.com - Perusahaan Inggris Drone Defence telah meluncurkan konsep baru untuk melindungi bangunan dan acara di ruang terbuka dari gangguan perangkat nirawak (drone) yang...