Meyerbu Eropa
Pertengahan era 50-an negara-negara anggota NATO berniat untuk membangun kekuatan udara strategis berkemampuan supersonik. Untuk itu dibutuhkan jet tempur berkemampuan menggotong bom nuklir 1 MT B-43 bantuan AS. Inggris dan Perancis tak masuk dalam hitungan karena keduanya berusaha mandiri dengan membuat sendiri BAC Lightning dan Mirage 111. Jerman Barat, Belanda, Belgia, dan Italia jadi calon pemakai potensial dengan total daftar pasokan sekitar 2.000 buah jet tempur baru.

F-104 dalam balutan Tiger Meet color scheme.
F-104 dalam balutan Tiger Meet color scheme.

Demi mengejar tipe pesawat agar sesuai dengan kebutuhan Eropa Lockheed kemudian melahirkan varian F-104G. Selain sebagai pembom-tempur strategis, jet ini juga berkemampuan sebagai pencegat, pemburu kapal laut, dan pengintai. Untuk itu maka paket elektronik, F-15A NASARR dijejalkan dalam tubuh Starfighter versi eropa ini. Penambahan jumlah beban yang harus ditanggung diantisipasi dengan perkuatan airframe. Sedang ejection seat tipe C2 yang kondang sering macet roket pendorongnya diganti dengan kursi lontar keluaran Martin Baker, Inggris.

BACA JUGA :  First Steel Cutting LPD 124 Meter Untuk TNI AL

Tapi lepas, dari itu semua, usaha Lockheed terbukti tak sia-sia. Walau dibayangi skandal politik, AU Jerman Barat (Luftwaffe) kemudian mengadopsi lebih dari 600 buah F-104G. Dengan melibatkan sekitar 17 industri kedirgantaraan di Eropa Barat, jumlah ini selanjutnya membengkak sampai 1.585 buah, yang terdiri dari varian F-104G dan CF-104 (keluaran Kanada). Angka ini lima kali lipat dari total jumlah Starfighter yang dipakai oleh AU AS. Jadi tak berlebihan kalau banyak kalangan penerbangan eropa kemudian menjulukinya sebagai generasi pertama “Eurofighter”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here