Hasilnya bisa diduga, Elang Biru tampil sangat memukau di hadapan Presiden Soeharto beserta jajaran menteri Kabinet Pembangunan IV, Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, dan Menhankam Jenderal (Purn) Edi Sudrajat.
Tahun berikutnya, Elang Biru tampil lagi pada HUT Emas TNI AU, 9 April 1996, sekaligus pemanasan sebelum tampil di perhelatan dunia, Indonesia Air Show, Juni 1996. Di tahun itu, F-16 Elang Biru telah berubah warna dari kelir loreng menjadi biru-kuning yang sangat mencolok. Di IAS 1996 Elang Biru menampilkan 16 manuver aerobatik dan mendapat peliputan yang besar hingga ke mancanegara.
Mendapat Tugas Sebagai Lead Solo
Agus Supriatna melakukan duet aerobatik dengan Opposing Solo yakni M. Syaugi. Dua manuver yang sangat bikin decak kagum dan mendebarkan adalah Calypso dan Cross Over Break. Pada saat Calypso, Agus menerbangkan F-16 dengan posisi terbalik, sementara Syaugi yang terbang di bawahnya menempel pesawat Agus sehingga kedua pesawat tampak seperti dalam sebuah cermin.
Sedangkan pada Cross Over Break, kedua penerbang mempertontonkan dua F-16 yang terbang bersilangan dalam kecepatan tinggi 765 km/jam sehingga tampak seperti akan bertabrakan.
Usai bergabung dengan tim Elang Biru, Agus Supriatna melanjutkan pendidikan di Seskoau dan setelah lulus dipercaya menjabat Komandan Skadik 102 untuk melatih para penerbang TNI AU (1998). Setelah itu ia menjadi Atase Pertahanan RI di Singapura (2003) selama tiga tahun dan kembali ke Indonesia sebagai Paban Utama B-3 Direktorat “B” Badan Intelijen Strategis TNI (2006).
Jenjang karier berikutnya ia menjadi Komandan Lanud Sultan Hasanuddin (2010), Kepala Staf Koopsau I (2011), Pangkoopsau II (2012), Wakil Irjen TNI dan Kasum TNI (2014) serta terakhir adalah KSAU.