KRI Ki Hajar Dewantara, Satu-Satunya Kapal Perang Latih Kadet TNI AL
Bila kita membahas tentang kapal latih milik TNI Angkatan Laut tentu kita tidak akan jauh – jauh dari nama KRI Dewaruci, KRI Arung Samudera, dan KRI Bimasuci, yang kesemuanya adalah dari jenis kapal layar latih. Nah, disinilah letak keunikan KRI Ki Hajar Dewantara 364.
Bisa dibilang, KRI Ki Hajar Dewantara yang memiliki call sign KDA ini merupakan satu – satunya kapal dari jenis korvet latih yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut. Setelah pembelian kapal korvet latih buatan Yugoslavia ini, hingga saat ini, tidak pernah ada lagi kapal yang dibeli dan dibuat secara khusus sebagai kapal perang latih bagi para kadet TNI AL.
Uniknya lagi, meski menyandang peran sebagai kapal latih, KRI Ki Hajar Dewantara diberikan nomor lambung 364, yang mana nomor pertama 3 menunjukkan bahwa kapal ini dimasukkan dalam jajaran armada Satuan Kapal Eskorta atau biasa disingkat Satkorta TNI Angkatan Laut. Satkorta TNI AL merupakan satuan yang berisikan armada kapal pemukul pertama atau Striking Force milik TNI AL. Besar kemungkinan KRI Ki Hajar Dewantara 364 dimasukkan dalam satuan ini karena persenjataan nya yang lumayan kuat serta sensor optikal-elektronika yang canggih pada masa tersebut sehingga membuatnya mampu untuk melaksanakan misi-misi tempur.
KRI Ki Hajar Dewantara 364 Mengawal Laut Indonesia
Sejak kehadirannya di Indonesia hingga saat ini, KRI Ki Hajar Dewantara 364 telah sukses dalam mengawal laut Indonesia. Berbagai tugas misi tempur dan atau operasi militer telah dilaksanakan dengan baik oleh kapal ini, terlepas dari fungsi asasi nya sebagai korvet latih bagi para kadet TNI AL.
Salah satu kiprah paling mengesankan dari kapal perang ini yaitu saat KDA dipilih untuk terlibat dalam Operasi Aru Jaya yang dilaksanakan pada awal bulan Maret tahun 1992. Operasi Aru Jaya merupakan operasi militer yang dilaksanakan oleh TNI AL untuk menghalau kapal feri Lusitania Expresso yang berangkat dari Portugal membawa aktivis pro-kemerdekaan Timor Timur (yang sekarang menjadi Timor Leste) untuk menuju ke wilayah Timor Timur dengan dalih untuk melaksanakan kegiatan tabur bunga di pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor Timur.
Dalam operasi tersebut, KRI Ki Hajar Dewantoro 364 menjadi kapal perang pertama yang menemukan lokasi kapal feri Lusitania Expresso dan kemudian melaksanakan upaya pencegatan atas kapal tersebut. Setelah KDA membayangi kapal tersebut selama beberapa jam, barulah kemudian KRI Yos Sudarso 353 bergabung dalam upaya pencegatan kapal feri tersebut.