Saturday, November 23, 2024
HomeMiliterKisah MiliterSejarah Insiden Bawean: Aksi Koboi F/A-18 US Navy di Atas Laut Jawa

Sejarah Insiden Bawean: Aksi Koboi F/A-18 US Navy di Atas Laut Jawa

Pukul 17.25 WIB Falcon 1 melihat sebuah F/A-18 dan terlibat manuver saling membelok. Falcon 1 berada di ekor F/A-18 Hornet tersebut. Falcon 2 segera mengambil posisi sebagai supporting fighter dan dikejar oleh F/A-18 yang lain. Falcon 2 mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) memberi tanda bahwa kedua F-16 kita tidak bermaksud mengancam.

Dari hasil rekaman ulang perang elektronika kokpit Falcon 2 F-16 berekor nomor TS-1602 yang diawaki Kapten Pnb Tonny H dan Kapten Pnb Satriyo Utomo, jelas terlihat pesawat Falcon 1 yang sempat juga melakukan gerakan hard break belok dengan kemiringan hampir 90 derajat, secara ketat terus ditempel oleh Hornet 1.
Sementara, Hornet kedua menguntit rekannya. Posisi Falcon 2 juga menguntungkan terhadap Hornet 2 sehingga bila suasana bermusuhan menjadi kenyataan, pasangan Kapten Tonny-Kapten Satriyo dapat membantu Falcon 1.
Saat menghindar dari rudal Sidewinder yang bakal ditembakkan setiap detik kepada mereka dengan membelokkan tajam F-16 mereka, mata Kapten Fajar masih sempat melihat kapal perusak US Navy dan langsung melaporkan penglihatannya itu.
Pada saat Insiden Bawean, Indonesia masih dalam embargo militer terbatas oleh Amerika. Namun kesiapan F-16 masih bisa diandalkan. Buktinya adalah masih melakukan misi CAP jarak jauh hingga ke Aceh dalam rangka Operasi Militer di Aceh. F-16 dan pilotnya belum ada 20 menit pulang ke homebase dari opsmil di Aceh ketika panggilan kembali ke markas untuk melakukan VisID dikeluarkan oleh Komandan Skadron.
Pada saat Insiden Bawean, Indonesia masih dalam embargo militer terbatas oleh Amerika. Namun kesiapan F-16 masih bisa diandalkan. Buktinya adalah masih melakukan misi CAP jarak jauh hingga ke Aceh dalam rangka Operasi Militer di Aceh. F-16 dan pilotnya belum ada 20 menit pulang ke homebase dari opsmil di Aceh ketika panggilan kembali ke markas untuk melakukan misi VisID dadakan dikeluarkan oleh Komandan Skadron.
Kedua F-16 TNI AU memang sempat close fight dengan mereka, tetapi memang tidak melaksanakan ofensif. Falcon Flight mempunyai tugas dari panglima untuk melaksanakan intersepsi dan identifikasi visual guna mencari data pesawat apa jenisnya, kemudian dari negara mana, apa tujuan mereka melaksanakan latihan.
Sebagai informasi untuk pembaca, Amerika sampai saat itu belum meratifikasi hukum laut PBB UNCLOS yang memberikan hak penguasaan laut dalam antar pulau di Indonesia sebagai Negara Kepulauan sebagai laut teritorial dengan imbal balik disediakannya beberapa jalur ALKI untuk navigasi bebas pelayaran lintas damai. Amerika masih berpegangan pada hukum laut lama yang menyatakan batas teritorial adalah 12 mil dari pantai setiap pulau.
Kapal Induk Carl Vinson CVN 70
Kapal Induk Carl Vinson CVN 70. Pada saat Insiden Bawean, CV membawa VFA-22 (F/A-18C), VMFA-314 (F/A-18C), VFA-146 (F/A-18C), VFA-147 (F/A-18C), VAQ-138 (EA-6B), VAW-112 (E-2C), VS-33 (S-3B) dan HS-8 (SH/HH-60F/H)

Kemudian Falcon Flight Leader menjelaskan, F-16 TNI AU sedang melaksanakan patroli, bertugas melaksanakan identifikasi visual dan memberitahukan bahwa F/A-18 berada di wilayah udara Indonesia. Selanjutnya pesawat AL AS itu diperintahkan untuk kontak ke ATC setempat karena Bali Control sebagai penanggung jawab lalu lintas penerbangan di area tersebut tidak mengetahui status mereka.

BACA JUGA :  L-159, Pesawat Penyerang Buatan Ceko

Pukul 17.22 WIB Hornet pergi menjauh sedangkan Falcon Flight return to base ke Lanud Iswahjudi. Pukul 18.15 WIB Falcon Flight mendarat dengan selamat di Lanud Iswahjudi. Sementara Posek Hanudnas II tetap melanjutkan pengamatan diawasi penuh oleh Popunas. MCC Rai kemudian melaporkan kepada Popunas, setelah identifikasi visual dilakukan F-16 TNI AU, pesawat-pesawat F/A-18 tersebut selanjutnya mengadakan kontak ke ATC Rai sesuai yang diperintahkan oleh pilot F-16 TNI AU.

Di markas Makassarnya, Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II terus mengikuti jalan operasi identifikasi visual kedua F-16 yang diperintahkan menuju lokasi Bawean. TNI AU memperkirakan, konvoi kapal-kapal AS dengan kecepatan 20 knot akan sampai di sekitar Pulau Madura dan Kangean 12 jam kemudian.

BACA JUGA :  Slovakia Tandatangani Kontrak Beli 14 Unit F16V

Tepat seperti dugaan Jumat 4 Juli 2018 pagi sebagai tindak lanut TNI AU mengirim pesawat intai Boeing 737 Surveiller ke daerah tersebut. Dan benar saja pada pukul tujuh pagi pesawat pengintai menjumpai iringan kapal induk, sebuah kapal perusak dan dua kapal fregat menuju ke Selat Lombok (ALKI II).

Ketika Boeing 737 Surveiller menanyakan dari mana dan ke mana tujuan mereka, hanya mendapat jawaban: “We are in international waters….” Dalam pengintai ini, Boeing 737 TNI AU sempat memotret kapal induk USS Carl Vinson, kedua fregat, dan kapal perusak AS yang dikawal pesawat-pesawat Hornet tersebut.

BACA JUGA :  Bren MKIII, Senapan Mesin Legendaris Regu Brimob Polri

Selama operasi pengintaian itu pesawat Boeing 737 Surveiller TNI AU terus dibayangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan nota “keberatan” secara diplomatik terhadap pemerintah AS.

Penghuni Carl Vinson dalam 1 frame
Penghuni Carl Vinson dalam 1 frame

Efek dari peristiwa insiden Bawean ini, Kapal Induk Amerika setiap melakukan pelayaran di laut teritorial Indonesia, tidak lagi menerbangkan pesawatnya tanpa ijin dan tanpa mengkontak ATC sebagai pengatur lalulintas udara. Contohnya, ketika US Navy menerjunkan 12 Seahawk dalam membantu penanganan korban gempa dan Tsunami Aceh.

Setiap pagi, selepas ke 12 Seahawk lepas landas mengangkut bantuan dari kapal induk ke daratan, kapal segera menjauh 70-80 mil ke laut lepas agar pesawat tempurnya dapat melakukan latihan  penerbangan rutin tanpa harus melanggar batas teritorial Indonesia. Kemudian kembali ke dalam 12 mil laut teritorial Indonesia di sore hari untuk menjemput ke 12 Helikopter tersebut. Kedua F-16 tersebut sukses melakukan misinya, dan membawa dampak besar bagi pengakuan kedaulatan kita.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

3 COMMENTS

  1. Indonesia harus memperkuat kemampuan perang elektronikanya. Jangan sampai dijamming seperti ini dan seperti waktu latihan gabungan TNI di NATUNA jaman SBY dulu, dimana komunikasi sempat mati beberapa jam.

  2. Wuih, ternyata F-5 Tiger AU Singapura punya kemampuan serangan jarak jauh ya. Punya probe aerial refueling. Beda spek dengan F-5 Tiger kita. Dulu mengapa kita nda beli yang ber-aerial refueling ya? Kan beli F-5 dan beli Tanker ga beda jauh waktunya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

simba cover

GKN Simba 4×4, Sosok Kendaraan Tempur Khas Filipina

0
GKN Simba 4×4, Sosok Kendaraan Tempur Khas Filipina - HobbyMiliter.com – Panser V-150/V-300 Commando dan tank APC M113 memang cukup berperan dalam penumpasan ISIS...