Pukul 15.40 WIB Pangkosekhanudnas II memerintahkan Komandan Posko Tempur Sergap F-16 (Danskadron Udara 3) Letkol Pnb Tatang Harlyansyah agar menyiapkan pesawat F-16 untuk identifikasi visual pada beberapa LaSa X di radial 340 derajat – 015 derajat, FL 250-155 dan jarak 113-135 Nm dari SBY (posisi sekitar Pulau Bawean, karena itu peristiwa ini dikenal sebagai Insiden Bawean). Pukul 15.53 Pangkohanudnas melaporkan rencana pelaksanaan operasi kepada Kasum TNI dan KSAU Marsekal TNI Chappy Hakim.
Sementara di Pangkalan Udara tempur terbesar di Indonesia, Lanud Iswahjudi, Madiun situasi mengharukan baru saja dirasakan oleh para penerbang Skadron Udara 3. Mereka baru sekitar 20 menitan tiba di rumah masing-masing setelah satu bulan tergabung dalam Operasi Terpadu di Nanggroe Aceh Darussalam dengan menggunakan F-16 mengamankan wilayah udara Aceh dalam rangka operasi menyekat GAM.
“Fajar, sekarang juga perintahkan seluruh penerbang kembali ke skadron. Ada penerbangan gelap di Laut Jawa. Perintah Pangkohanudnas kita terbang sekarang juga untuk mengintercept.” demikian perintah dari Komandan Skadron Udara 3 Letkol Tatang Harlyansyah yang diterima Kapten Pnb Fajar Adriyanto. Bersama dengan Kapten Pnb Ian Fuadi, Kapten Pnb Tonny Haryono, dan Kapten Pnb Satriyo Utomo, mereka yang baru saja belum 1 jam bercengkerama dengan keluarga masing-masing diminta kembali ke skadron.
“Kalian berempat sengaja saya tunjuk karena kalian mempunyai kemampuan. Hati-hati dalam penerbangan, tugas kalian dari Pangkohanudnas melalui Pangkosekhanudnas II hanya melakukan identifikasi, jangan emosi, jangan menembak bila tidak ada perintah. Saya akan bertindak selaku Duty sekaligus Kodal dalam operasi ini. Ian saya tunjuk sebagai flight leader didampingi Fajar sebagai Mission Commander di belakang. Fajar sebagai senior saya harap bisa mengendalikan operasi ini. Sedangkan Tony dan Striyo bertindak sebagai wingman. Laksanakan tugas dengan baik, jelas semua… ?!!” demikian Letkol Tatang memberikan arahan dan perintah kepada para penerbang yang menjadi pelaku sejarah dalam Insiden Bawean ini.
Pukul 16.10 WIB Pangkosekhanudnas II memerintahkan Dan Posko Tempur Sergap untuk segera melaksanakan identifikasi visual setelah pesawat siap. Lima menit kemudian Pangkohanudnas juga memerintahkan Kapopunas Mayor Pnb Agung Sasongkojati agar memberikan data intelijen terakhir serta analisis kemungkinan adanya pesawat tempur lain kepada para penerbang.
Sikap konfrontasi agar dihindarkan karena ini hanyalah misi identifikasi visual saja. Penerbang diminta tidak mengunci sasaran dengan radar/rudal sehingga tidak dianggap mengancam musuh. Keselamatan terbang diutamakan. Misi utama adalah Identifikasi Visual. RoE sudah ditetapkan.
Pukul 16.40 WIB para penerbang menyalakan mesin kedua pesawat F-16 berkursi ganda. Falcon 1 (TS-1603) diawaki Kapten Pnb Ian Fuadi/Kapten Pnb Fajar Adriyanto serta Falcon 2 (TS-1602) diawaki Kapten Pnb Tonny Haryono/Kapt Pnb Satriyo Utomo. Pukul 17.04 Dua pesawat F-16 (Falcon Flight) masing-masing bersenjata dua rudal AIM-9P4 dan 450 butir peluru 20 mm lepas landas.
Pukul 17.16 WIB Falcon Flight tertangkap oleh radar Surabaya dan dimonitor oleh MCC Rai. Dua menit kemudian Falcon Flight kontak dengan frekuensi SBY Director selaku GCI dan mendapat informasi tentang posisi serta jumlah pesawat tak dikenal. Falcon Flight menuju sasaran. Empat menit kemudian SBY Director menginformasikan Falcon Flight bahwa ada dua pesawat lain muncul dengan cepat mengarah menuju mereka.
Pukul 17.22 WIB Falcon Flight berhasil menangkap sasaran (radar contact). Kemudian yang terjadi adalah peralatan ECCM (electronic counter-countermeasures) radar kedua pihak mulai saling jamming. Masing masing peralatan perang elektronika dari kedua belah pihak tersebut memancarkan gelombang radio yang saling berusaha menaklukan satu sama lain. Kedua F-16 pun mengaktifkan anti-jamming dan men-set ke mode auto, sehingga jamming yang dilakukan F/A-18 tidak berhasil. Melalui simbologi dan nada RWR (radar warning receiver) F-16 saat itu diketahui Falcon 1 dikunci (locked on) oleh radar dan rudal F/A-18.
Indonesia harus memperkuat kemampuan perang elektronikanya. Jangan sampai dijamming seperti ini dan seperti waktu latihan gabungan TNI di NATUNA jaman SBY dulu, dimana komunikasi sempat mati beberapa jam.
Wuih, ternyata F-5 Tiger AU Singapura punya kemampuan serangan jarak jauh ya. Punya probe aerial refueling. Beda spek dengan F-5 Tiger kita. Dulu mengapa kita nda beli yang ber-aerial refueling ya? Kan beli F-5 dan beli Tanker ga beda jauh waktunya.
Tampaknya, kita lebih dahulu membeli F-5, baru kemudian membeli tanker. Kita membeli tanker untuk mendukung operasional A-4 Skyhawk kalau nda salah. 😀