Thursday, November 21, 2024
HomeMiliterKisah MiliterSejarah Insiden Bawean: Aksi Koboi F/A-18 US Navy di Atas Laut Jawa

Sejarah Insiden Bawean: Aksi Koboi F/A-18 US Navy di Atas Laut Jawa

Sejarah Insiden Bawean: Aksi Koboi F/A-18 US Navy di Atas Laut Jawa – HobbyMiliter.com. Aksi koboi udara Amerika Serikat pernah terjadi tanggal 3 Juli 2003 di atas Pulau Bawean. Insiden tersebut menjadi topik yang cukup popular mengingat pesawat tempur F-16 TNI AU yang diperintahkan mengidentifikasi armada F/A-18 Hornet US malah dikunci dan mendapat pengusiran.

Insiden Bawean adalah insiden yang terjadi pada tanggal 3 Juli 2003 antara pesawat tempur TNI Angkatan Udara melawan pesawat tempur Angkatan Laut Amerika Serikat yang melakukan dogfight dan perang elektronika di atas Laut Jawa, sebelah barat laut Pulau Bawean selama tiga menit.

Kala itu dua pesawat F-16 TNI AU berhadapan dengan sembilan pesawat tempur F/A-18 Hornet milik AL AS. Peristiwa dimulai ketika armada tempur kapal induk USS Carl Vinson (CVN-70) bersama 2 Fregat dan 1 Destroyer milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) berlayar dari Singapura menuju Australia melalui Selat Karimata (ALKI I) lalu masuk ke Laut Jawa. Pada saat melewati perairan Bawean itulah, pesawat F/A-18 yang merupakan bagian dari kekuatan kapal induk CVN-70 melakukan latihan penerbangan rutin mereka dan melakukan manuver berbahaya bagi lalu-lintas penerbangan sipil di ruang udara Indonesia.

BACA JUGA :  KRI dr Soeharso Berkunjung ke Timor Leste

Deteksi mengenai adanya penerbangan gelap pada Insiden Bawean ini mulai dilaporkan pukul 11.41 WIB. Pusat Operasi Sektor (Posek) Hanudnas II Makassar menerima informasi dari MCC (Military Civil Coordination – Pusat Koordinasi Radar Sipil – Militer) Ngurah Rai, Bali mengenai adanya deteksi penerbangan gelap di atas Pulau Bawean. Sebanyak lima unit pesawat terdeteksi pada ketinggian bervariasi antara FL 150-350 (15.000 kaki hingga 35.000 kaki). Kecepatannya berkisar 450 knot dan Squawk Number (IFF mode 3/A) 1200.

Tidak ada komunikasi yang terdengar antara 5 pesawat tidak dikenal tersebut dengan ATC (Air Traffic Control) Bali atau Surabaya. Informasi LaSa (Laporan Sasaran) X tersebut kemudian diteruskan untuk dimonitor di Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas), Jakarta. Posek Hanudnas II selanjutnya memerintahkan MCC Rai dan MCC Juanda untuk terus memonitor track Lasa tersebut serta meminta konfirmasi apakah sudah ada Security Clearance (SC) pesawat pesawat yang terlibat pada Insiden Bawean tersebut kepada Popunas.

F-5F Tiger II RSAF yang awalnya dikira sebagai LaSa X dalam Insiden Bawean
F-5F Tiger II RSAF yang awalnya dikira sebagai LaSa X dalam Insiden Bawean. Pesawat ini berkemampuan terbang jarak jauh dengan dibantu aerial refuel.

Pukul 12.30 WIB Popunas dan Staf Intelijen Kohanudnas melakukan langkah-langkah pencarian LaSa X. Antara lain dengan mengecek seluruh database dan SC yang diterima oleh Kohanudnas maupun berbagai instansi terkait. Dari situ tim menemukan data sementara berupa Flight Approval nomor DDS: 819/ UD/VI/03 tertanggal 11/VI/2003.

BACA JUGA :  AS Setujui Penjualan Rudal Anti Radiasi AGM-88E AARGM Ke Jerman

Disebutkan bahwa ada lima pesawat F-5 milik RSAF Singapura yang melaksanakan latihan penerbangan jarak jauh lintas berijin dengan rute Paya Lebar-Darwin-Amberley-Darwin-Paya Lebar dan menggunakan empat titik air refueling sepanjang rute penerbangan tersebut. Masa berlaku ijin penerbangan mulai 24 Juni hingga 23 Juli 2003. Dari sini tim berkesimpulan sementara bahwa LaSa X dimaksud adalah pesawat RSAF yang sedang melaksanakan air refueling di atas Bawean serta “holding” karena cuaca buruk atau sebab teknis lain.

LaSa X Menghilang & Muncul Lagi di Insiden Bawean

Setelah lebih satu jam bermanuver, Pukul 12.45 WIB Lasa X menghilang dari pantauan radar. Tim berasumsi mereka telah pergi meneruskan perjalanan. Meski demikian para petugas di Posek Hanudnas II dan Popunas tetap memonitor wilayah tersebut.

Dua jam kemudian, 14.50 WIB, tiba-tiba sejumlah pesawat tak dikenal kembali mengudara di sekitar Pulau Bawean. Pangkosek Hanudnas II saat itu Marsma TNI Panji Utama segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pangkohanudnas Marsda TNI Wresniwiro. Pangkohanudnas lalu memerintahkan Pangkosekhanudnas II untuk melaksanakan identifikasi visual menggunakan pesawat Tempur Sergap (TS) F-16 yang siaga di Lanud  Iswahjudi, Madiun. Inilah awal mula peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Bawean.

BACA JUGA :  Tradisi Bersih-Bersih Pesawat Di Lanud Supadio
POPUNAS (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) dari ruangan inilah semua pergerakan pesawat sipil dan militer di wilayah NKRI dipantau serta di awasi. "Siaga Senantiasa"
POPUNAS (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) dari ruangan inilah semua pergerakan pesawat sipil dan militer di wilayah NKRI dipantau serta di awasi. “Siaga Senantiasa”. Popupnas berperan besar dalam Insiden Bawean

Pada saat bersamaan Popunas mendapat informasi dari MCC Soekarno-Hatta, bahwa ada keluhan dari captain pilot pesawat Bouraq yang lewat di jalur udara W-31, sebelah timur Pulau Bawean. Pilot melaporkan adanya penampakan pesawat-pesawat tempur di dekat jalur penerbangan dan tidak ada penjelasan tentang hal itu dari ATC Bali maupun Surabaya.

Pukul 15.10 WIB petugas di Posek Hanudnas II dan Popunas yang terus memonitor pergerakan pesawat kembali dikejutkan. Kali ini LaSa X yang terdeteksi meningkat menjadi sembilan pesawat! Pangkohanudnas segera menaikkan status “Siaga Hanudnas” menjadi “Waspada Kuning” dan “Siaga Dua”.

Sepuluh menit kemudian Pangkohanudnas melakukan koordinasi dengan Pangkoopsau II Marsda TNI Teddy Sumarno dan Asisten Operasi KSAU Marsda TNI Djoko Suyanto perihal rencana penggunaan pesawat F-16. Setelah dirundingkan, sepuluh menit kemudian Pangkohanudnas memberikan perintah kepada Pangkosekhanudnas II untuk melaksanakan persiapan identifikasi visual LaSa X menggunakan F-16.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

3 COMMENTS

  1. Indonesia harus memperkuat kemampuan perang elektronikanya. Jangan sampai dijamming seperti ini dan seperti waktu latihan gabungan TNI di NATUNA jaman SBY dulu, dimana komunikasi sempat mati beberapa jam.

  2. Wuih, ternyata F-5 Tiger AU Singapura punya kemampuan serangan jarak jauh ya. Punya probe aerial refueling. Beda spek dengan F-5 Tiger kita. Dulu mengapa kita nda beli yang ber-aerial refueling ya? Kan beli F-5 dan beli Tanker ga beda jauh waktunya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

Konsep Pantsir-SM Sistem pertahanan udara.

Rusia Akan Produksi Varian Sistem Pertahanan Udara Pantsir Terbaru Pada 2018

0
Rusia Akan Produksi Varian Sistem Pertahanan Udara Pantsir Terbaru Pada 2018 - HobbyMiliter.com - Tahap produksi varian sistem pertahanan udara “Pantsir” terbaru akan dimulai...