Dalam masa damai setelah perang, lusinan A-37 dijual kepada sipil penggemar pesawat tempur pada awal 1990. Tentunya dengan sistem persenjataan yang sudah dilucuti sebelumnya. Dan sekarang beberapa A-37 DragonFly milik sipil diterbangkan di Australia, Selandia Baru, AS dan Prancis. Awalnya 477 A-37B mulanya dikirim untuk AU AS, SVNAF dan AU Thailand (18). Sisanya sebanyak 101 unit dijual ke berbagai negara. Sekitar 135 Dragonfly yang terbang di AS, pada 1980 dikonversi menjadi OA-37B.
Selain di negara yang disebut di atas, lusinan A-37 (atau OA-37B) beroperasi di sejumlah negara Amerika Latin. AS sendiri pernah sengaja mengirim A-37 ke El Salvador untuk mendukung pemerintah setempat menghadapi pemberontak Farabundo Marti National Liberation Front.
Pengiriman sebanyak 36 A-37 pada tahun 1982 itu dilakukan di bawah payung Operation Elsa. Selain itu A-37 juga memainkan peran vital dalam sejumlah konflik di Ekuador, Peru dan Honduras.
Peran A-37 DragonFly pada Drug War di Amerika Selatan
Selain digunakan untuk keperluan konflik bersenjata, A-37 juga banyak berperan dalam operasi pengejaran gembong narkoba atau pencegatan pesawat-pesawat ringan pembawa narkoba (drug interdiction) dan penyelundupan senjata. Sejumlah kasus bisa disebut seperti aksi A-37 Dominika menembak jatuh pesawat sipil Piper Navajo Chieftain N37490 di 1986 dengan temuan 500 kilogram kokain.
Antara tahun 1998-2000, A-37 Angkatan Udara Kolombia menembak jatuh lebih dari delapan pesawat ringan dengan kanon 20 mm. A-37 Angkatan Udara Peru berhasil memaksa mendarat sebuah Cessna A185E pada 20 April 2001 setelah memberondongkan senapan mesin kaliber 7,62 mm. Dua penumpang di Cessna yang tewas ternyata berkewarganegaraan AS.
Operasi-operasi ini bisa sukses karena mendapat dukungan penuh dari AS dibawah program Air Bridge Denial (ABD) sejak 1990. Dengan atas nama menghentikan jalur narkoba di Amerika Latin, operasi ini turut melibatkan pesawat-pesawat intai E-3 AWACS atau EP-3E Aries.
Selain A-37, OV-10 Bronco termasuk pesawat yang jadi andalan untuk misi perburuan seperti ini. Kolombia termasuk negara yang mentandem keduanya, hingga tak heran sudah 58 pesawat berhasil diintersep. A-37 Guatemala yang mampu menggotong rudal AIM-9 Sidewinder juga sukses besar.
Dengan sejumlah kesuksesan setelah penggelaran A-37, tak heran jika Kolombia dan Peru berani menginvestasikan dana 30 juta dollar untuk mengupgrade sebanyak 23 unit A-37B agar bisa bertahan lebih lama lagi operasionalnya.
Program peningkatan yang mendapat bantuan dari program penangkalan narkoba AS ini, mencakup pemasangan sistem navigasi inersial Collin dan Global Positioning System (GPS) Garmin, overhaul peralatan radio dan pemasangan kabel-kabel baru. Prototipe yang dikonversi di AS ini sudah tiba Februari 2003 dari AS dan sisanya digarap oleh industri lokal.
Di jajaran AU AS, A-37 memang sudah menuntaskan pengabdiannya. Secara bertahap, peran sebagai pesawat latih dasar jet digantikan oleh Raytheon T-6A Texan II turboprop sejak 2001.
Spesifikasi A-37 DragonFly
- Awak : 2
- Panjang : 8,62 meter
- Wingspan : 10,93 meter
- Tinggi : 2,7 meter
- Berat kosong : 2,817 ton
- MTOW : 6,350 ton
- Mesin : 2x General Electric J85-GE-17A turbojet
- Kecepatan Maksimum : 816 km/j
- Jarak Jangkau : 1480 Kilometer
Pesawat apa odong2 … pake COIN
super tucano Indonesia juga spesialis COIN (counter insurgensy) rendah wawasan malah dibilang odong² maas mas hahaha
Itu bikinan mana mind?
Barang langka cukup disemir biar kinclong..
Keren produksi ulang dong
Itu pesawat bomber