Modifikasi Heli Serang Bell AH-1J, Langkah Iran Merevitalisasi Kekuatan Militer – HobbyMiliter.com. Seiring meningkatnya ketegangan, menyusul mundurnya Amerika Serikat dari kesepakatan damai yang ditandatangani era Obama dengan Iran, Iran pun mulai memperkuat lagi militernya.
Sejak beberapa tahun yang lalu, terdorong untuk mandiri, Iran berupaya menghidupkan lagi puluhan heli serang AH-1J pembelian dari Amerika Serikat era tahun 1970-an yang mangkrak akibat embargo militer negara pembuatnya. Heli yang dihidupkan kembali ini kemudian diakui sebagai hasil kemandirian industri pertahanan Iran dan dinamai Toufan.
Iran bahkan melakukan peningkatan kemampuannya dan berhasil membuat simulator gerak AH-1J. Selepas embargo tahun 2015, iran pun semakin giat memburu sparepart sparepart untuk alutsista buatan baratnya.
Hubungan Iran dengan Amerika Serikat (AS) sebetulnya terjalin sangat baik sebelum percahnya Revolusi Islam Iran tahun 1979. Pada masa sebelum itu Iran bergelimpangan alutsista buatan AS, beberapa di antaranya pesawat tempur tercanggih pada masanya, F-14A Tomcat yang hanya dimiliki US Navy dan Iran, serta helikopter serang AH-1J International Cobra adalah diantaranya.
Helikopter ini secara khusus dibuat oleh pabrik Bell untuk Dinas Penerbangan AD Iran. Amerika juga memberikan fasilitas perawatan lengkap yang dibangun oleh Bell untuk AH-1J, Bell 204 dan Bell 212 di Iran. Iran mendapatkan 202 unit AH-1J pada dekade 1970-an. 62 diantaranya mampu membawa dan menembakan rudal anti tank TOW.
Akan tetapi, seiring perubahan peta politik ditandai dengan jatuhnya kekuasaan monarki di bawah pimpinan Shah Mohammad Reza Pahlevi yang digantikan pemerintahan Republik Islam yang dipimpin Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, hubungan Iran-AS pun putus. AS yang tidak setuju dengan sikap permusuhan yang dikumandangkan Khomeini kepadanya kemudian memberlakukan embargo militer termasuk menghentikan pasokan suku cadang AH-1J kepada Iran.
Secara otomatis kesiapan AH-1J pun perlahan menyusut. Puncaknya Iran terpaksa melakukan proses kanibalisasi suku cadang yang menyebabkan banyak AH-1J tak dapat mengudara lagi alias grounded. Dari jumlah 202 unit, tersisa hanya 90-an unit saja yang masih dapat dioperasikan menjelang akhir dekade 1990-an.
Walaupun di embargo, Iran tetap menjadikan AH-1J buatan Amerika ini sebagai ujung tombak armada hunter-killer tank musuhnya. Dengan kanon 20mm di dagu, roket dan rudal TOW, AH-1J Iran sangatlah ampuh membabat satuan satuan kavaleri Irak. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Iran melengkapi AH-1J nya dengan rudal AGM-65 Maverick. Menghajar perkubuan bungker beton dan juga MBT milik Irak.
Tercatat juga ada beberapa kasus, Bell AH-1J Iran mampu melakukan air to air combat dan menang. Korbannya antara lain Mi-8 Hip dan Mi-24 Hind Irak dengan kanon serta rudal TOW, kemudian juga beberapa pesawat tempur: 3 MiG-21, 1 Sukhoi Su-20 dan 1 MiG-23 Flogger dengan hanya kanon 20mm nya.
Kepepet harus menjaga operasional heli ampuh ini di tengah perang serta sudah tidak mampu hanya mengandalkan kanibalisasi, Iran pun lalu melakukan gerilya suku cadang AH-1J kepasar-pasar gelap (black market). Tidak berhenti sampai di situ, di jaman modern ini gagasan baru pun kemudian direalisasikan.
Yakni merevitalisasi kemampuan AH-1J melalui pendayagunaan segenap resources yang dimiliki. Iran mengerahkan kemampuan industri lokalnya guna mewujudkan “helikopter serang baru” sehingga inventori AH-1J lebih bertaji selain dapat dioperasikan kembali.