Alasan penulis menyebut A6 Intruder sebagai “penyusup tempur yang tidak tergantikan” ialah tidak lain karena jet tempur ini telah membuktikan ketangguhannya sebagai jet tempur serbu kelas medium. Dideskripsikan beberapa kalangan sebagai “sebuah pesawat yang tangguh dan serba guna”; Grumman A6 Intruder adalah sebuah pesawat yang sering dipanggil untuk terbang dalam misi – misi yang paling sulit dan dalam segala kondisi cuaca-yang merupakan spesialisasinya. Jet tempur ini telah terlibat dalam konflik manapun yang AS ikuti sejak Perang Vietnam.
Dengan kemampuan membawa lebih banyak muatan, meluncurkan banyak jenis munisi pintar (smart munitions), melaksanakan misi penyerangan di siang atau malam hari terhadap daerah sasaran yang lebih jauh jaraknya dari kapal induk dan tidak dapat dijangkau oleh pesawat tempur berbasis kapal induk lainnya baik yang telah ada saat itu maupun sesudah A6 bertugas, hanya dengan menghandalkan tanki bahan bakar internal. Sederet kemampuan ini masih ditambah dengan kemampuan untuk menyediakan bantuan pengisian bahan bakar di udara (mid air Refuelling) untuk pesawat jet tempur lainnya. Banyaknya kemampuan yang dimiliki oleh jet tempur ini membuatnya menjadi salah satu jet tempur paling serba guna di era jet tempur modern.
Menghantam Libya
Pada tahun 1986, A6E, sebuah jet tempur varian dari A6 yang telah mendapat upgrade signifikan, membuktikan kemampuan nya sebagai pesawat jet serang darat – bomber presisi taktis segala cuaca terbaik di dunia dengan sukses melaksanakan misi ke target sasaran berupa fasilitas – fasilitas milik teroris yang dibangun di Libya. Bersama dengan pesawat pembom sayap ayun (swept-wing) F-111 Aadvark milik Angkatan Udara Amerika Serikat, A6E Intruder melaksanakan misi deep penetration strike atau serangan ke daerah terdalam di wilayah Libya. Kehebatan A6E Intruder ditunjukkan dengan menghindari sistem pertahanan udara milik Angkatan Bersenjata Libya.
Tidak kurang dari 100 unit rudal anti serangan udara berhasil dilewati. Dalam kegelapan malam, seluruh pesawat yang terlibat dalam misi tersebut terbang dalam ketinggian sangat rendah untuk menghindari deteksi radar sistem senjata anti serangan udara yang dimiliki oleh Angkatan Bersenjata Libya pada masa itu. Hasilnya, satuan tugas tersebut berhasil mengirimkan “muatan” nya, yang salah satunya adalah munisi bom berpandu laser (LGB-Laser Guided Bomb).
Trivia Jet Tempur A6 Intruder