L band merupakan gelombang pada frekuensi terendah sehingga lebih panjang jika dibandingkan dengan gelombang jenis lainnya seperti C, X, dan Ku band. Sehingga antena yang diperlukan untuk gelombang L band adalah yang terpanjang dibandingkan gelombang yang lain, sekitar 10-12 meter. Gelombang ini mampu menembus awan sehingga sangat cocok untuk misi pemantauan wilayah Indonesia yang sering tertutup oleh awan. Gelombang juga mampu menembus kabut, asap, hutan, bahkan kedalaman tanah sampai beberapa meter.
Dengan kehebatannya mendeteksi obyek di bawah permukaan tanah, CP-SAR diminati untuk dipasangkan pada pesawat pengintai. Bahkan dengan menggunakan CP-SAR mampu mengentahui lokasi penimbunan senjata teroris yang terletak di belantara hutan dan perkebunan. Oleh Josaphat, CP-SAR didesain menggunakan antena yang lebih simpel, sepanjang 3,6 meter. Ini mengurangi bobot SAR, yaitu kurang dari 100 kilogram alias 10 persen lebih ringan dibandingkan SAR termutakhir yang sering digunakan saat ini.
Dikabarkan bahwa TNI AU juga tertarik untuk memesan CP-SAR pada armada pesawat pengintai Boeing 737 yang berada di Skadron Udara 5. Dan pada akun Facebook Josaphat, memang dikatakan sedang melakukan uji coba radar flight test Hinotori-X1 Boeing 737. Tapi belum dipastikan, apakah yang digunakan adalah Boeing 737 milik TNI AU.