Sebagai drone laut yang dilengkapi persenjataan, sudah pasti USV Protector juga banyak menggunakan sensor, contohnya saja radar pencari, electro-optical director (EOD), FLIR (Forward Looking Infrared), CCD camera, laser range finder dan 360º panoramic camera. Berbekal berbagai macam teknologi yang dikatakan diatas, sudah pasti drone ini bisa dengan mudah berpatroli di tengah kegelapan malam.
Perubahan konfigurasi misi bisa dilakukan dengan simpel, melalui sistem plug and play, Protector mampu menjalankan fungsi surveillance and reconnaissance (ISR), naval warfare, anti-submarine warfare (ASW), anti-surface warfare (ASUW), mine countermeasures hingga electronic warfare (EW).
Deployment Protector USV memang sangat mudah, pada tahun 2005 drone ini berpartisipasi dalam misi penjaga perdamaian di wilayah Timur Tengah, Protector dikendalikan dari atas kapal LPD (Landing Platform Dock) Endurance Class. Walaupun juga bisa dikendalikan dari jarak jauh, termasuk non-line of sight (NLOS) communication, jarak jangkauan USV ini hanya mencapai 400 nautical mile (740 km).
Rafael di tahun 2012 mengeluarkan varian terbaru, yaitu Protector sepanjang 11 meter. Pada varian ini sudah menggunakan dua mesin Caterpillar C7 diesel, selain memiliki kecepatan yang superior, dan kemampuan jelajahnya pun juga ikut naik. Hingga kini, selain Israel dan Singapura, negara lain pengguna Protector USV adalah Meksiko.