Dibandingkan dengan A400 dan An-70, dimensi dari C-130J pastinya lebih kecil, dan itu berpengaruh pada kapasitas payload yang maksimal hanya 20 ton. Tanpa membawa bahan bakar cadangan, C-130J mampu menjelajah sejauh 5.250 km. Mesinnya menggunakan Allisonn AE2100D3 bertenaga 4.591 HP per unitnya. Putaran mesin dikendalikan sepenuhnya oleh Full Authority Digital Electronic Control (FADEC), sehingga kestabilan antar mesin lebih terkendali dan juga bisa membuat jarak pengereman ketika mendarat menjadi lebih pendek.
Dibanding dengan generasi C-130 sebelumnya, Super Hercules memiliki bilah baling-baling yang berbeda. Mengadaptasi dari buatan Dowty Aerospace berbahan dasar komposit berbilah enam R391. Disamping itu, C-130J juga bisa melakukan pengisian bahan bakar di udara.
Baru-baru ini, terdengar kabar bahwa AU Bangladesh berencana pengadaan 2 unit C-130J C5 berstatus bekas pakai AU Inggris. Pengadaan yang termasuk dalam rencana anggaran belanja tahun 2017 – 2018 ini tengah proses pembicaraan diantara kedua pemerintahan. Jika Bangladesh nantinya mempunyai C-130J, maka negara yang sering terkena banjir ini akan menjadi operator C-130J kesembilan di Asia. Lalu untuk Indonesia? Secara regulasi, pastinya tak bisa lagi Indonesia pengadaan C-130J berstatus bekas pakai, walaupun ada negara sahabat yang menawarkan.
Lalu berapa harga C-130J Super Hercules? Harga terakhir yang didapat setiap negara biasanya tidak sama, melihat harga pasti bergantung pada keperluan fitur, metode pembayaran, sistem imbal beli serta ToT yang diinginkan oleh user. Menurut Wikipedia.org, harga rata-rata internasional untuk C-130J ada sekitar US$100 – US$120 juta. Disamping itu, Airbus 400M Atlas harga per unitnya di tahun 2013 diperkirakan mencapai 152,4 juta euro.