Sedangkan dari pihak pemakai, semenjak era KSAU Marsekal TNI Chappy Hakim, penerbang serta awak C-130 Hercules yang tergabung dalam Skadron Udara 31 dan Skadron Udara 32, lebih memilih generasi penerus pesawat angkut berat adalah C-130J Super Hercules. Seperti yang diberitakan situs antarajateng.com (23/7/2017), KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan akan mengakuisisi C-130J. Tidak dikatakan berapa jumlah yang akan dibeli. Tapi yang pasti, di pemerintahan Presiden Jokowi tak diperbolehkan lagi adanya kontrak pengadaan alutsista yang berstatus bekas pakai atau hibah.
Dikarenakan harus berstatus baru dan harus mendapatkan nilai dari ToT (Transfer of Technology), maka jika pilihannya adalah Airbus A400M Atlas dan C-130J, tentunya tak mungkin dipilih keduanya, melihat anggaran belanja alutsista yang menipis.
Jika pada akhirnya C-130J yang dipilih untuk armada Hercules TNI AU, maka akan menjadi pasangan yang serasi bagi generasi C-130 H/HS/L-100-30 yang masih terus beroperasi. Faktanya, C-130J hanya memerlukan 2 kru pada kokpit (ditambah 1 loadmaster di ruang kargo). Tugas kru lainnya digantikan oleh komputer. Varian terakhir ini difasilitasi peralatan navigasi digital paling canggih dan ditambah adanya kemampuan high resolution ground mapping dari radar APN-241 Low Power Color Radar, HUD, missile warning system, countermeasures system, dan ILS. Hercules tercanggih ini juga bisa beroperasi dan melakukan dropping di segala macam cuaca dan keadaan dengan keakuratan tinggi.