Walaupun dalam kondisi baru, tapi lain cerita dengan jet tempurnya, Thailand mendatangkan jet tempur berstatus bekas pakai dari Spanyol, terdapat 7 versi standar Matador plus 2 pesawat latih TAV-8S, dan dilakukan pembaharuan oleh perusahaan Construcciones Aeronauticas SA sebelum diserahkan pada Thailand. Sayangnya pada 1999 hanya tersisa satu pesawat yang mampu beroperasi. Thailand terpaksa membedah beberapa Harrier generasi pertama lainnya untuk diambil suku cadangnya.
Pada tahun 2003, Thailand berusaha mencari beberapa jet tempur jenis generasi-kedua, Sea Harrier FA2 bekas yang didapat dari Angkatan Laut Inggris, tepatnya British Aerospace. Tapi pengadaan itu gagal. Pesawat-pesawat Matador yang tak berfungsi itu pada akhirnya dicabut sepenuhnya di tahun 2006. Dengan demikian, Chakri Naruebet telah menjadi kapal induk yang tidak memiliki jet tempur satu pun. Thailand saat itu terakhir kalinya menggunakan pesawat Harrier generasi pertama, hingga selanjutnya dihapus sama sekali.
Dikarenakan anggaran yang terbatas, hingga tahun 2008 kapal induk ini tak memiliki sensor serta fire control. Berdasarkan spesifikasinya, seharunya dibekali dengan radar penjejak udara Hughes SPS-52C, 2 buah radar navigasi Kelvin-Hughes 1007, radar penjejak permukaan SPS-64 serta sonar dibagian lambung kapal. Hingga di tahun 2012, SAAB dikontrak untuk memodernisasi sistem komando serta kontrol dari Chakri Naruebet. Kontrak ini berisi pemasangan sistem komando serta kontrol 9LV Mk4, radar Sea Giraffe AMB, dan pembaharuan datalinks.