Menghadapi harga pesawat canggih yang semakin mahal, lalu sistem pertahanan udara musuh yang juga tidak mudah diramalkan tingkat perkembangan kecanggihannya, makin beragamnya tipe sasaran, dan tingginya nilai aset pilot, lalu mendorong berkembangnya pesawat robot atau drone, yang kini juga banyak dikenal sebagai UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau kendaraan udara tanpa awak.
Berbagai jenis UAV telah muncul, untuk berbagai macam misi. Ada yang untuk pengintaian, ada pula yang untuk mengejar sasaran rahasia. Produsennya pun macam macam, dari Amerika, Israel, Perancis, China dan bahkan di dalam negeri sendiri berbagai type UAV sudah diproduksi secara terbatas dan kemampuan sesuai dengan budget.
Di palagan Iraq, Afganistan, Yaman dan beberapa tempat lainnya, UAV sudah digunakan untk mengintai sasaran dan mengeliminasinya. Prakteknya, UAV dikirim ke area tertentu berdasarkan data dugaan intel mula mula, setelah ferivikasi sasaran, Lalu UAV ini diperintahkan dari jarak jauh untuk menembakkan rudal Hellfire.
AS sebagai negara yang paling maju di bidang kedirgantaraan tampaknya sudah mantap mengembangkan UAV, dan hal ini didukung oleh berbagai kemajuan teknologi pendukungnya. Kalau semula ada pertanyaan, seperti otonomi versus kontrol jarak jauh (dibiarkan leluasa sendiri atau sepenuhnya berdasar kendali jarak jauh), kini satu demi satu telah coba dijawab. Adanya bahan komposit baru memungkinkan UAV dibuat ringan untuk terbang lebih lama. Sensor pun kini bisa dibuat lebih kecil, sementara kemampuannya jauh lebih kuat.