Aksi R-73 / AA-11 Archer lainnya terjadi sewaktu perang Ethiopia – Eritrea sekitar 1998-2000. 4 MiG-29 milik AU Eritrea berhasil di tembak jatuh oleh Sukhoi Su-27 AU Ethiopia dengan rudal R-73 ini dalam sebuah dogfight 2 Flanker melawan 4 Fulcrum.
Selain itu, MiG-29 AU Russia juga pernah mempergunakan R-73 untuk menembak drone Hermes 450 buatan Elbit Israel milik AU Georgia pada tanggal 18 Maret 2008.
Rudal R-73/AA-11 Archer ini dikembangkan oleh Biro Desain Vympel Machine Building asal Rusia. R-73 diperkirakan mulai operasional sekitar tahun 1984. Awalnya pihak Barat meragukan kemampuan rudal ini. Maklum saja, pendahulunya AA-2 Atoll dan AA-8 Aphid dianggap punya kemampuan payah. Kuncian rudal tadi bisa mudah dipatahkan dengan manuver ekstrem. Cukup berbelok mendadak maka sengatan Atoll bisa dihindari.

Namun rupanya Rusia diam-diam berpikir keras buat mengembangkan rudal udara-udara jarak pendek yang lebih mumpuni. Pihak Barat baru menyadari keampuhan hasil rekayasa ini ketika jerman Barat dan Timur bersatu. Sejumlah rudal R-73 eks AU Jerman Timur yang biasa dipasang pada sayap jet MiG-29 Fulcrum AU Jerman dibedah.
Kesimpulan yang didapat Barat sungguh mencengangkan. Karakter R-73 ternyata lebih unggul ketimbang Sidewinder sejaman waktu itu. Di atas kertas, bila kecanggihan tipe dan kemahiran awak jet tempur sama, maka R-73 lebih efektif melahap sasaran dibanding Sidewinder tipe awal.
Thrust vectoring Rudal R-73
Kesimpulan analis pertahanan Barat bukanlah isapan jempol belaka. Data teknis yang didapat kemudian dibeberkan dalam jurnal teknis tertentu. Disebutkan, R-73 punya sistem pemandu |seeker) paling yahud di kelas rudal udara-udara jarak pendek di era 90-an. Sistem ini didukung dengan keampuhan hulu ledak berbobot 7,5 kg. Tingginya sudut peluncuran (high-off Foresight launch) juga jadi nilai plus lain.
Agar makin ampuh, rudal bisa saja dihubungkan dengan helm bersistem pengincar atau HMS (helmet-mounted sight). Dengan sistem HMS maka pilot MiG-29 Jerman bisa mengunci dan meluncurkan R-73 pada target yang berada di sisi samping pesawat cukup dengan menengok ke arah sasaran. Kemampuan macam tadi dianggap bakal jadi trend pertempuran udara masa depan.
Dari deretan kemampuan yang disebutkan tadi, ada satu teknologi yang dianggap inovatif. Rudal R-73 dilengkapi dengan pengarah daya dorong aktif alias thrust vectoring. Dengan inovasi tadi maka kelincahan manuver rudal bisa ditingkatkan.