Beliau juga tertarik akan kemungkinan tinggal di luar negeri, terutama di Negara Negara Barat, sejak kunjungan resminya ke Amerika Serikat dalam rangka latihan militer. Yosef Shemes pun menjalin kontak antara pilot tersebut dengan Mossad.
Suatu waktu, Redfa melakukan perjalanan ke Roma, Italia, dimana dengan usaha Mossad, dia bertemu dengan seorang pilot Angkatan Udara Israel. Pilot tersebut menyelundupkan Redfa ke Israel dan beliau tinggal disana selama tiga hari. Disana, dia diyakinkan untuk membelot. Tanpa sepengetahuannya, Mossad mengambil gambar foto foto Redfa selama kunjungannya di Israel. Hal itu dimaksudkan untuk menekan redfa bilamana dia mengubah pikirannya untuk membelot ke Israel. Pada saat ini juga rencana rencana pembelotannya disusun.
Seperti disebutkan di awal, Kapten Redfa setuju untuk membelot dengan syarat seluruh keluarganya harus dibawa keluar terlebih dahulu dari Irak sebelum ia melakukan pembelotan.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya kesempatan melakukan pembelotan pun muncul. Kapten Redfa diperintahkan untuk melakukan latihan terbang jarak jauh di sebelah barat Irak. Flightplan yang sudah disusun Mossad pun diingatnya kembali, di bukanya peta dan ditentukannya tujuan pembelotannya itu. Pagi hari selasa 16 Agustus 1966, personel Angkatan Udara Irak mempersiapkan MiG-21F-13 nomer 534 yang akan dipiloti kapten Redfa. Pesawat dipenuhi dengan bahan bakar karena misi hari ini adalah long range training.
Dan pada suatu titik, dia memisahkan diri dari formasi, dan berjuang terbang ke Israel. Sesuai dengan flightplan yang disepakati, dari Irak Kapten Redfa terbang melewati Yordania. Flightplan tersebut disusun dengan hati hari, diperkirakan jalur tersebut berada diluar jangkauan radar radar milik Yordania.
Tetapi tetap saja, dua buah pesawat hawker Hunter milik Angkatan Udara Yordania di-scramble-kan untuk mengejar dan mencegat MiG-21F-13 yang diterbangkan Kapten Redfa. Tetapi, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, MiG-21 Fishbed C tersebut terbang dengan kecepatan tinggi dan ketinggian sekitar 30.000 feet, diatas kemampuan Hawker Hunter, membuatnya tidak mungkin dicegat kedua pesawat tersebut. Flightplan tersebut juga dirancang untuk menghindari wilayah penduduk, agar pesawat tersebut dapat ditembak tanpa membahayakan penduduk dibawah, jikalau dirasa pembelotan tersebut palsu, atau merupakan taktik penyerangan AU Irak.
Selepas wilayah udara Yordania, MiG-21 tersebut akhirnya masuk ke wilayah udara Israel di selatan laut mati. Angkatan Udara Israel pun juga sudah menyiapkan pengawal, 2 buah Mirage III, untuk menuntun MiG-21 tersebut ke pangkalan udara Hatzor. Setelah lebih dari 900Km, sampailah beliau di tujuannya.