Penerbang pesawat modern seperti F-16 akan melihat simbologi jarak pesawat dan titik perkenaan peluru hasil pengukuran radar di perangkat Head-up Display. Namun pada pesawat generasi lama biasanya untuk mengetahui jarak menggunakan perbandingan besar sayap pesawat sasaran dibandingkan dengan reticle dalam gunsight pesawat penembak.
Transisi ini dari kecepatan tinggi ke kecepatan rendah cukup berisiko jika dilakukan tanpa perhitungan matang. Sangat mudah menghilangkan energi kinetik dengan mengurangi kecepatan, namun akan sulit mendapatkan kembali kecepatan semula. Karena itu, pilot harus sangat bijaksana dalam bermanuver untuk menjaga keseimbangan energi kinetik dan energi potensial pesawat mereka.
Menghabiskan energi kinetik hanya bila betul-betul diperlukan untuk menembak pesawat lawan atau untuk melakukan manuver bertahan hidup yang dikenal dengan last ditch maneuver saat pesawatnya mau ditembak pesawat lawan. Keahlian melakukan manuver dengan menjaga keseimbangan energi ini disebut dengan fighter pilot economics yang dikembangkan mahaguru penerbang tempur Colonel John Boyd dan menjadi konsep fundamental dalam pertempuran udara jarak pendek. John Boyd adalah penggagas ide menciptakan pesawat tempur superlincah dengan kendali fly-by-wire F-16 yang menjadi cikal bakal pesawat tempur modern generasi keempat hingga saat ini.
John Boyd menyebutkan beberapa sifat kritis dalam manajemen energi pertempuran udara dan mengembangkan pengetahuan tempur di sekitar hal ini. Teori energy maneuverabilitynya menjelaskan bagaimana mengubah kemampuan belok pesawat dan besarnya energi pada setiap kecepatan, ketinggian, dan beban gravitasi (G-loading). Grafik energi manuverabilitasnya masih digunakan sampai saat ini untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari berbagai pesawat untuk dibandingkan sehingga bisa menjadi perencanaan untuk memenangkan dogfight melawan pesawat lain.