Sementara sasaran terus bergerak hingga melewati Sungai Yangcy dan berjarak 500Km dari Beijing. Sistem rudal anti pesawat mulai disiapkan dan operator mulai berpikir bahwa inilah saatnya pembuktian dari latihan intensif yang sudah dijalani selama ini. Tetapi mendadak sasaran berbelok mengarah ke Shanghai dan terbang menjauh dari Beijing tanpa pernah masuk ke dalam jarak tembak system SAM baru PLAAF.
Pemerintah dan PLAAf tentu kecewa belum bisa membuktikan kehandalan system SAM baru tersebut. Tapi di atas segalanya, mereka khawatir, jangan jangan entah bagaimana, adanya SAM dan posisi penempatan mereka sudah bocor ke tangan musuh. Namun setelah berbagai pertimbangan, mereka memutuskan tidak membuat perubahan dan menunggu kesempatan lain untuk menembak jatuh pesawat penerbangan gelap musuh. Suatu keputusan yang baik dan benar.
Kena Telak!!
Dua hari kemudian, di 7 Oktober 1959, peristiwa yang nyaris serupa terjadi. Petugas radar PLAAF mendeteksi penyusup yang terbang tinggi. Karena jelas dan pentingnya penanganan penindakan penerbangan gelap ini, maka segala sesuatunya dikoordinasikan oleh Kasaf PLA dan keberadaan Kolonel Slusar pun penting mengingat perannya sebagai adviser.
Meskipun berdasarkan pengalaman selama ini bahwa pesawat pesawat tempur PLAAF tidak sanggup mencegat penyusup yang terbang di ketinggan diatas 20 ribu meter, mereka tetap diperintahkan untuk scramble dan membayangi sasaran. Harapannya, si sasaran (semoga saja) mengalami masalah dan terpaksa kehilangan ketinggian sehingga bisa dicegat oleh pesawat tempur yang stand by mengejar.
Sementara itu dari visual kontak, penerbangan gelap tersebut teridentifikasi sebagai RB-57D no 5643. Pesawat tersebut diterbangkan oleh Kapten Ying Chin Wong dan sedang terbang mengarah lurus ke Beijing, dan kali ini tidak berputar balik seperti 2 hari yang lalu. Segera menjadi jelas bahwa RB-57D tersebut akan segera masuk ke jarak tembak system SAM yang baru saja dipasang di sekeliling Beijing. Dan oleh sebab ini seluruh pesawat tempur yang sedang membayangi diperintahkan untuk disengage dan meninggalkan sasaran. Memberi jalan bagi rudal baru membuktikan dirinya.
RB-57D tersebut terbang mengarah ke jarak tembak system SAM SA-2 Guideline/S-75 Dvina dari 2nd Rocket (i.e. missile) Battalion dibawah komando Yue Zhenhua. Ketika jarak sasaran masih di 200Km, dia menerima perintah untuk menghancurkan sasaran. Radar battalion tersebut mendeteksi sasaran di jarak 115Km, dan jarak pun semakin mengecil sejalan dengan si RB-57 terbang kea rah Beijing. Dan ketika sasaran berjarak 41Km, Yue Zhenhua memberin perintah untuk menembakkan 3 rudal sekaligus secara salvo. Rudal pertama tercatat ditembakkan pada 12:04 waktu setempat dan segera diikuti 2 rudal sisanya.
Sekitar 40+ detik kemudian rudal anti pesawat mengenai sasaran di jarak 29-30Km. bagi Yue Zhenhua tidak ada keraguan lagi bahwa sasarannya kena dengan telak, karena di radar sasaran mulai terlihat kehilangan ketinggian dengan cepat. Hingga di ketinggian 5000 meter, sasaran pun hilang dari layar radar dan disimpulkan sasaran sudah pecah diudara. Keberhasilan pencegatan ini segera dilaporkan ke rantai komando di atasnya dan Jenderal PLA ditemani oleh Kol. Slusar pun segera meninjau lokasi jatuhnya RB-57 tersebut dengan helicopter. Karena sudah diplot melalui radar tadi, lokasi jatuhnya sasaran dapat diketemukan dengan mudah.