HobbyMiliter.com – Mortir: Pendukung Infanteri Bermobilitas Tinggi. Di tengah peperangan yang sesungguhnya, sudah menjadi hal yang wajar apabila pergerakan pasukan infanteri selalu diiringi dengan tembakan pendukung (fire support) yang berasal dari artileri medan. Meriam dengan proyektil berdaya ledak besar mampu menjebol system pertahanan dan posisi lawan. Dengan begitu pasukan infanteri pun menjadi lebih gampang menyapu bersih hingga ke pusat pertahanan musuh. Tapi pada kenyataannya, tembakan pendukung dari unit artileri medan tak sepenuhnya bisa diharapkan, juga butuh waktu untuk meminta bantuan tembakan pendukung dari udara (close air support).
Maka dari itu unit infanteri pun membutuhkan dukungan artileri secara mandiri di level batalyon, kompi dan peleton. Tanpa harus sepenuhnya bergantung pada dukungan satuan lain. Sehingga muncullah senjata yang disebut mortir. Mortir memiliki laras yang cukup ramping dan halus (smoothbore) dengan daya ledak yang lebih rendah, sehingga sangat cocok ditempatkan sebagai senjata pendukungan jarak dekat. Mortir sebenarnya sudah digunakan sejak Perang Dunia I, seiring dnegan kemajuan teknologi, mortir pun tetap berkembang sebagai senjata andalan pendukung infanteri. Bentuknya yang ringkas membuatnya mudah dibawa saat pertempuran apapun. Sangat bermanfaat disaat pasukan garis depan tak mendapat tembakan pendukung dari artileri, mortir hadir untuk menutupi kekurangan itu. Bagi TNI, penggunaan mortir sudah begitu lekat sejak puluhan tahun. Hampir semua satuan TNI yang punya predikat infanteri, apa pun angkatannya saat ini dibekali unit mortir dalam beberapa kaliber yang berbeda. Kaliber mortir yang digunakan TNI ada 3 jenis, yakni kaliber 81 mm, 60 mm, dan 40 mm. Perbedaan kaliber tentu membawa pengaruh pada jarak tembak, hulu ledak dan bobot dari senjata tersebut.
Meskipun TNI juga mempunyai mortir dengan kaliber cukup besar, seperti mortir kaliber 120 mm, 160 mm, atau bahkan 240 mm, akan tetapi mortir paling populer digunakan adalah di kaliber 81 mm. Alasannya adalah yang pertama, mortir 81 mm mempunyai jangkauan tembakan yang cukup memadai di luar jangkauan musuh, sehingga kru nya lebih aman dari serangan balasan. Daya ledaknya pun juga relatif memadahi, dan beratnya pun juga cukup mudah dibawa kemana-mana. Jenis mortir 81 mm sering dipakai oleh infanteri TNI salah satunya mortir 81 mm yang telah dimodifikasi dari mortir produksi Salgat dengan jenis Tampella. Penggunaan mortir terbilang unik jika dibandingkan dengan meriam tank ataupun howitzer. Secara garis besar, struktur mortir terdiri dari lima komponen. Yaitu landasan penahan (baseplate), bipod, sistem bidik, tabung peuncur dan termasuk juga proyektil beserta sumbunya (fuse). Struktur tabung peluncur dan baseplate bergantung pada besar kaliber proyektil.