“Selama pertempuran di kota Al Bab di Suriah, kendaraan tank Leopard milik Turki yang notabenenya sudah berusia 30 tahun kerap dihujani tembakan senapan anti-tank di bagian belakang. Kadang-kadang, juga di bagian samping. Disinilah kendaraan lacak berukuran besar semacam tank menjadi tidak berdaya. Para prajurit perang tentu setuju bahwa pertempuran di daerah perkotaan tidak bisa disamakan dengan pertempuran di lapangan terbuka atau area yang belum dikembangkan, dimana tank umumnya bertempur dari jarak 2 atau 3 kilometer.
Menurut laporan dari majalah berbahasa Jerman Europäische Sicherheit & Technik (Teknologi dan Keamanan Eropa), tank Leopard tergolong rentan karena tidak dilengkapi perlindungan tambahan semacam lapisan baja reaktif, yang mampu bereaksi dan mengurangi dampak benturan senjata. Leopard juga tidak memiliki sistem perlindungan aktif (APS) untuk menyerang balik ancaman musuh, seperti halnya sistem Trophy APS yang pernah digunakan oleh tank-tank Israel saat perang melawan Lebanon tahun 1982.
Kendati membuat tank lebih tahan terhadap serangan, lapisan baja reaktif dan APS akan membuat bobot tank jauh lebih berat.
Kementerian Pertahanan Jerman mengungkapkan kepada surat kabar Die Welt bahwa versi Leopard 2 terbaru yang diberi kode nama A7V, saat ini sedang diperkenalkan kepada tentara Jerman. Versi tersebut diperlengkapi dengan perlindungan yang lebih tinggi ketimbang A4 milik Turki yang saat ini sudah dipensiunkan oleh angkatan bersenjata federal Jerman (Bundeswehr).