Hobbymiliter.com – Perang Afghanistan, Kosovo, dan di berbagai belahan dunia lainnya telah membuat nama tank Leopard 2 buatan Jerman berkibar-kibar. Pernah suatu kali, pasukan Kanada mendorong tank Leopard melewati ledakan bom massal Taliban. Upaya mereka berhasil, karena tank tersebut lolos dengan selamat.
Namun, situasi berbeda dialami oleh prajurit Turki yang berperang melawan Daesh (ISIS) di Suriah utara. Menurut banyak laporan media, militan ISIS yang bermarkas di kota Al Bab telah menghancurkan 10 unit tank tempur Leopard 2 A4.
Karena penasaran, beberapa blogger Jerman yang mencari jawaban atas “keanehan” tersebut menduga bahwa buruknya kinerja tank Leopard di Suriah diakibatkan oleh kurangnya pengalaman kepemimpinan tentara Turki.
Akan tetapi, salah satu surat kabar Jerman, Die Welt, memiliki hipotesis lain. Dasar masalahnya adalah, tank tersebut dianggap tidak cocok dengan situasi perang perkotaan yang lazim berlangsung di Suriah.
“Konsep dasar Leopard 2 didasarkan pada masa-masa ketika musuh diperkirakan akan menyerang dari arah depan. Konsep ini kemudian diterapkan dalam model tank-tank besar secara internasional. Bahkan untuk tank modern sekaliber T-14 Armata Rusia,” tulis Die Welt.
“Kendaraan lacak bertonase berat umumnya dirancang untuk pertempuran duel (saling berhadap-hadapan) sehingga dilengkapi dengan perlindungan maksimum dibagian depan, serta perlindungan kecil di sudut sisinya. Sebagai contoh, ambillah rudal anti-tank Kornet buatan Rusia yang mampu menembus perlindungan lapis baja setebal 1,2 meter. Jadi, area badan tank yang kurang terlindungi akan semakin rentan.”