Untuk itu, lebih 420 penempur, pengebom, angkut, dan heli, digelar sejak 1995. Dari jumlah itu, lebih 100 pesawat dikirim ke tiga pangkalan terdepan. Di sinilah kuncinya. Karena dari pangkalan terdepan ke Seoul, jaraknya hanya dalam hitungan menit.
Sekitar dua lusin pengebom Il 28 Beagle ditempatkan di Taetan. Jarak tempuh ke Seoul berkisar 10-30 menit, tergantung kebutuhan. Sejumlah 80 MiG-17 digeser ke Nuchonri dan Kuupri. Dari Kuupri ke Seoul, tak lebih enam menit. Dengan keputusan ini, Korut membentuk unsur penyerangan dua lapis. Lapis pertama (first strike) berkekuatan MiG-17 dan lapis kedua ada MiG-21 Fishbed serta Su-25 Frogfoot.
Sayangnya walau jumlah armada pesawat tempur cukup memadai, Korut agak lengah dalam dua hal. Pertama soal peran penting helikopter tempur. Soal ini tidak ditampik Pyongyang. “Kami memang telat memikirkan peran heli dalam pertempuran,” ujar se-orang jenderal KPAAF. Menurut data yang tersedia, KPAAF baru memulai pembelian heli tempur pada 1980-an.
Telat selangkah untuk maju seribu langkah. Itu lah paham yang dianut. Benar saja. Dalam waktu relatif singkat, jumlah armada heli melambung hampir delapan kali lipat. Kalau sebelumnya 40, belakangan jadi 300 heli.
Uniknya, Korut berhasil memboyong 87 unit heli Hughes MD-500 justru dari Amerika Serikat. Laporan intelijen mengindi-kasikan, setidaknya 60 MD-500 dimodifikasi jadi heli tempur. Mungkin ingin disetarakan dengan AH-6 Little bird.