HobbyMiliter.com – Kekuatan Udara Militer Korea Utara. Hancurnya Irak pada Perang Irak 2003 ternyata tidak membekaskan ketakutan kepada Korea Utara. Bukankah hingga saat ini negara berpenduduk 22 juta jiwa itu berani menggertak AS, tapi apa benar Korea Utara akan mampu melawan Amerika bila pecah konflik? Pertanyaan ini banyak dipertanyakan sekaligus menggelitik. Mengingat alutsista yang dimiliki Angkatan Udara Korea Korean People’s Army Air Force (KPAAF), sebagian sudah terbilang gaek. Sebutlah 120-an J-7 (MiG-21) Fishbed yang dimiliki sejak 1980. Pesawat generasi ketiga ini tentu akan gampang “dibaca” oleh F-16 Fighting Falcon dan F-15 Eagle.
Bukti lain keuzurannya terlihat suatu hari di akhir Februari 2003. Waktu itu sebuah MiG 19 Korea Utara diterbangkan untuk menggertak Korsel di Laut Kuning. Namun pesawat ini dikabarkan bergegas berlalu, begitu skadron Korsel menyongsongnya. Nyaris saja pesawat ini jatuh dalam pelariannya karena mengalami “flame-out”.
Lalu orang beranggapan, jangan-jangan seperti Irak juga. Digembar-gemborkan punya pesawat dalam jumlah memadai, nyatanya begitu digempur, diam seribu bahasa.
Menurut informasi yang tidak pernah akurat, Pyongyang saat ini dirondai oleh satuan elit Pengawal Ke-56 dan Resimen Tempur Ke-57. Satuan yang dipangkalkan dekat Pyongyang ini diperkuat armada MiG 29 Fulcrum dan MiG 23 Flogger.
Dalam konteks nasional, Militer Korea Utara dikawal tiga komando tempur udara di bawah kendali Komando Udara di Chungwa; sebuah divisi udara di timur laut; dan biro penerbangan sipil di bawah kendali Dewan Administrasi Negara. Sementara tiga wing lainnya dikendalikan markas besar KPAAF. Setiap wing diperkuat satu resimen penempur, satu resimen pengebom, satu resimen An-2, satu resimen helikopter, dan satu lagi resimen rudal anti pesawat. Ketiga wing komposit ini juga diberi otonomi untuk menggelar operasi.
Masih di tingkat nasional, tugas pertahanan udara diselenggarakan oleh Komando Pertahanan Udara yang terpisah dari AU. Selain itu, Korut juga memiliki tiga komando tempur udara.
Sebagai upaya pertahanan diri, sejak awal 1990-an KPAAF mengaktifkan empat pangkalan udara terdepan dekat zona demiliterisasi. Pangkalan-pangkalan ini mampu menjangkau Seoul hanya dalam hitungan menit. Belum lagi membangun airstrip airstrip disekitar perbatasan