Sebelum Perang Korea pecah (1950), para penerbang USMC telah menguasai penggunaan helikopter dalam perang. Marinir pula yang pertama membawa helikopter ke pertempuran dalam skala besar. Korps ini mampu menunjukkan betapa heli bisa digunakan untuk fungsi observasi hingga evakuasi. Selain itu Marinir juga yang pertama menerbangkan jet Grumman F-9F Panther dari geladak kapal induk.
Kepiawaian penguasaan doktrin mobil udara dengan penggunaan helikopter untuk vertical assault kembali dipertunjukkan dalam Perang Vietnam. Selain itu fungsi close air support (CAS) juga ditunjukkan dengan menggunakan A-4 Skyhawk, F-4 Phantom dan A-6 Intruder. Penerbang USMC adalah prajurit infantri yang bertempur diudara.
Saat Perang Teluk berkecamuk, Marinir tampil dengan AV-8B Harrier II yang dapat disusupkan melalui airstrip-airstrip sederhana. Kiprahnya sebagai kesatuan tempur mendapat acungan jempol banyak kalangan.
Kini, Penerbangan Marinir AS juga melengkapi diri dengan konsep Marine Expeditionary Unit (MEU). Dimana, sebuah task-size terdiri dari pasukan amfibi, skadron komposit helikopter dan pesawat Harrier. Ditambah elemen tempur darat (ground combat element), menjadikannya sebagai sebuah first-response force yang sangat efektif.
Puncak dari perjalanan Penerbangan Korp Marinir, mungkin dapat diteropong dari dimilikinya berbagai persenjataan tempur mutakhir termasuk aneka jenis pesawat modern. Saat ini Korp Marinir AS setidaknya memiliki 100 unit skadron udara dengan 1.200 pesawat. Belum lagi mereka sedang menunggu kehadiran F-35B STOVL yang akan menggantikan AV-8 Harrier II yang menua. Korps Marinir Amerika terus diperlengkapi untuk menghadapi kontijensi diseluruh dunia.