USMC kemudian dikirim melakukan ekspedisi ke wilayah Azores di Atlantik, berjarak sekitar 900 mil dari perairan Portugis. Di sini Marinir mulai melakukan penerbangan patroli anti kapal selam melawan kapal selam Jerman. Cunningham merekrut sekitar 78 penerbang yang telah diberhentikan (dipensiunkan) oleh AL. Ia didik kembali dengan membakar semangat dan menumbuhkan kepercayaan diri.
Selanjutnya dengan lobi meyakinkan, Cunningham mengajukan permintaan kepada Kongres AS agar personel Marinir dikembangkan. Dan Kongres menyetujui permintaan Cunningham. Hasilnya, memasuki tahun 1920-an, jumlah personel Marinir telah menjadi 2.600 orang dengan 1.200 orang dipersiapkan menjadi pilot. Jumlah ini sekitar seperlima dari jumlah personel US NAVY saat itu.
Kekuatan Udara USMC di Banana Wars
USMC kemudian mulai membangun pangkalan udara sendiri. Yakni di Quantico, Virginia dan di Paris Island, South Carolina. Memiliki pangkalan sendiri membuat Penerbangan Korp Marinir makin percaya diri. Serangkaian latihan terus dilaksanakan, begitupun pertempuran turut mereka lakoni.
Pertempuran skala sedang dihadapi kekuatan udara USMC dalam kancah pertempuran Banana Wars di Amerika Latin. Setelah itu Marinir terjun dalam kancah pertempuran Pasifik menyusul serbuan mendadak Jepang ke Pearl Harbor. Di medan perang Nicaragua, Kekuatan udara USMC menunjukkan arti pentingnya unsur udara di saat pasukan darat menjadi bulan-bulanan serangan udara lawan.
Korp Marinir AS juga terus menunjukkan arti pentingnya air warfare skills, reconnaisance, artilery spotting, fighter escort, hingga taktik terbang malam. Berbagai latihan dan studi pengembangan doktrin dalam memanfaatkan kekuatan udara USMC terus dilakukan sembari mengasah kemampuan para pilotnya di dalam negeri.