Sepintas memang terasa mudah untuk melakukannya. Tinggal lemparkan saja perahu karet berbobot 300 kg yang berisi peralatan navigasi/komunikasi, alat selam, BBM dan senjata, dari perut pesawat. Lantas terjunkan saja pasukannya. Gampang bukan? Habis perkara.
Tapi itu pandangan awam. Agar sukses, operasi macam tadi sebenamya butuh jurus khusus. Sebagai gambaran, cara mengemas perahu karet agar bisa sampai pada titik penerjunan misalnya. Posisi dudukan buat payung mesti pas, supaya parasut bisa mengembang dengan sempuma. Ikatan tali temali pengemas juga dibuat sedemikian rupa. Simpulnya dibuat agar bisa lepas di air cukup dengan sekali potong saja.
Rampung? Tidak juga. Ketika proses pemuatan dimulai, posisi perahu harus benar. Haluan menghadap ramp-door, serta mesti sejajar dengan dinding kabin pesawat. Itu syarat yang tak bisa ditawar lagi. Selain itu, perahu juga mesti diikatkan pada papan beroda. Ini adalah upaya buat memuluskan pelontaran lewat pintu belakang pesawat.
Perahu karet terlontar sudah dari ketinggian sekitar 800 meter. Demikian pula dengan pasukan katak yang menyusul kemudian. Tapi lagi-lagi disini muncul kendala yang tak bisa dianggap enteng. Pasalnya untuk mencari titik pasti jatuhnya perahu karet tidaklah gampang. Begitu mendarat di permukaan laut, perahu
bisa saja hanyut maupun tertutup gelombang. Alhasil, sang pasukan mesti punya insting sehebat elang buat mengidentifikasi lokasi perahu.
Invasi Komando Pasukan Katak ke Pulau Nasi Lawan GAM
Selain penerjunan perahu karet, komando pasukan katak juga punya kemampuan serbuan pantai. Kemampuan model begini pernah dibuktikan ketika TNI menggelar penyerbuan ke sarang GAM di Pulau Nasi beberapa tahun lalu. Dalam operasi tersebut Kopaska menurunkan dua kapal tipe Sea Raider.
Asal tahu saja, Sea Raider yang merupakan perahu spesial rancangan Inggris itu dijejali lebih dari 20 orang pasukan katak. Mereka bertugas membersihkan pantai Pulau Nasi dari segala rintangan. Termasuk juga dari penghadangan pasukan GAM.