Mesin Harrier, Bristol Orpheus dan Rolls-Royce Pegasus
Mesin penggerak Harrier yang pada awalnya menjadi masalah karena fungsinya yang harus mampu membawa pesawat terbang vertikal dan juga bisa terbang horizontal dengan kecepatan tinggi tanpa pemborosan, akhirnya terpenuhi. Sebelum Rolls-Royce menemukan mesin Pegasus seperti yang dipakai Harrier saat ini, pihak Bristol Engine Company menyodorkan mesin Bristol Orpheus.
Namun pihak Hawker lebih memilih Pegasus yang lebih praktis serta efisien. Mesin Pegasus yang ditempatkan tepat di daerah central of gravity (CG) di bawah sayap Harrier, memungkinkan cukup satu mesin itu yang dibutuhkan untuk berfungsi mengangkat dan mendorong pesawat. Dilengkapi dengan empat exhaust dapat diubah arahnya, mengarah ke bawah untuk take-offvertikal dan hovering (terbang diam di udara) untuk kontrolnya.
Dengan mengubah arah exhaust secara perlahan ke belakang sampai maksimum 98,5 derajat, Harrier pun akan bergerak dari posisi hovering ke terbang horizontal seperti pesawat biasa. Dengan mesin turbofan Pegasus ini sebuah Harrier dapat bertindak seperti heli. Para penerbang Harrier baik di Inggris maupun AS berpendapat, bahwa Harrier mampu terbang hover lebih baik dari heli dan mampu beroperasi dari hampir semua tempat terbuka dimana pun, yang penting ukurannya tidak kurang dari 72 x 72 m.
Pihak Angkatan Bersenjata Inggris pada awal keberadaan Harrier Agustus 1966, langsung memesan 60 pesawat untuk dioperasikan di skadron udara dan di kapal induk. Bagi pengoperasian di kapal induk kecil sekelas Invincible, diciptakan alat bantu take-off berupa ski-jump yang dipasang di ujung kapal.
Bentuk landasan pacu yang diarahkan ke atas itu (sky jump) mempermudah Harrier versi awal untuk dapat beroperasi di kapal induk. Setelah diciptakan pesawat VTOL Sea Harrier pada Agustus 1978, fungsi Harrier skadron darat yang digunakan AU Inggris (RAF) dibedakan dengan Sea Harrier yang digunakan AL Inggris.