Di tengah kesibukan mengikuti banyak operasi militer, satuan yang punya semboyan Maya Netra Yamadipati ini tetap menyempatkan diri membina sumber daya manusianya. Sejumlah personil tetap dikirim berlatih ke Batujajar dan Margahayu. Beberapa lulusan terbaik kemudian direkrut menjadi instruktur Sekolah Para KKO AL. Pengiriman terakhir (150 orang) dilakukan pada tahun 1965. 100 orang siswa dipimpin Kapten KKO Marilaoe ke Margahayu dan sisanya ke Batujajar dipimpin Kapten KKO Djunaedi.
Akhirnya pada 10 November 1965 bertempat di kawasan Gunungsari (Surabaya) resmi berdiri Detasemen Pendidikan Para KKO AL dengan komandan pertama Major KKO EWA Pangalila. Institusi ini dibawah Komando Gabungan Pendidikan Para yang juga mendidik para personel ABRI di luar KKO AL. Penyematan wing para bagi para personil KIPAM dilakukan pertama kali dalam satu upacara yang dipimpin Menko/Kepala Staf ABRI Djenderal AH Nasoetion (08/12/65).
Dalam perkembangannya, KIPAM sempat mengalami beberapa perubahan nama. Mulai dari Batalyon Intai Para Amfibi (25/7/70), Satuan Intai Amfibi (17/11/71), hingga akhimya menjadi Batalyon Intai Amfibi Marinir (Yontaifibmar) yang berada di bawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir TNI AL. Belakangan Yontaifibmar ditempatkan di bawah Pasukan Marinir (Pasmar) 1 Armada Kawasan Timur sesuai dengan Skep Kasal No. Skep/08/m/2001 tanggal 12 Maret 2001.
Sejalan dengan pemekaran postur TNI AL yang dijabarkan lewat pembentukan Pasukan Marinir (Pasmar) 2 menyusul keberadaan Pasmar 1, maka otomatis ada dua Yontaifibmar. Masing-masing Yontaifibmar 1 Pasmar 1 yang berkedudukan di Kesatrian Sutedi Senaputra, Karang pilang (Surabaya) dan Yontaifibmar 2 Pasmar 2 di Kesatrian Brigade Infantri 2 Marinir, Cilandak (Jakarta).
Karena kemampuan dan ruang lingkup penugasannya khusus, maka pada tanggal 18 November 2003 dalam upacara di Kesatrian Sutedi Senaputra (Surabaya) kedua Yontaifibmar tersebut di atas disahkan jadi salah satu pasukan khusus di jajaran TNI AL mendampingi Komando Pasukan Katak lewat Surat Keputusan KSAL No. Skep/185 7/XI/2003.
Tugas Pokok Yontaifib Marinir
Kedua Yontaifib Marinir tersebut memiliki tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan sekaligus membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta bermacam tugas operasi khusus terutama sekali dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi.
Guna dapat menunaikan tugasnya, setiap personel Yontaifib Marinir dituntut memiliki kemampuan diantaranya daya tahan fisiknya prima, menguasai prosedur, teknik dan taktik dasar kemiliteran baik di tingkat perorangan maupun di tingkat kompi. Selain itu mereka harus mampu merencanakan sekaligus melaksanakan misi pengintaian amfibi pada setiap operasi amfibi di tingkat Batalyon/Brigade Tim Pendarat (BTP) dan misi pengintaian darat di tingkat Batalyon/Brigade Infanteri.
Ditambah juga harus sanggup melakukan pengamanan terhadap berbagai obyek vital dan tokoh/pejabat yang bernilai sangat penting (VIP). Bahkan jika dibutuhkan satuan Yontaifib Marinir dapat pula dilibatkan dalam operasi SAR biasa dan SAR tempur.
Organisasi tugas Yontaifib Mar bersifat khusus. Unit terkecilnya disusun dalam bentuk tim kecil beranggotakan tujuh orang personel. Sepanjang masa karirnya, Yontaifib Marinir telah kehilangan 12 orang dalam operasi Trikora/Dwikora, 10 orang dalam operasi di Timor Timur, dan satu orang di Tanah Rencong, serta selusin orang lainnya dalam berbagai tugas lainnya yang berskala lebih kecil.
Pendidikan Yontaifib Marinir
Calon personel Yontaifib mar berasal dari prajurit Korps Marinir biasa yang sedikitnya telah berdinas selama satu tahun. Setelah berhasil lolos tes masuk yang tidak bisa dibilang enteng, mereka kemudian akan digembleng berbagai jurus ilmu prajurit khusus di Sekolah Peperangan Khusus Marinir, Surabaya selama sembilan bulan.
Baik juga kalau mobil peluncur Roket bisa ngapun di Air Lho….atau Tank laut buatan Pindad lengkapi peluncur Roket gays…!!