Bantuan Operasi Intelijen CIA Dihentikan
Lewat berbagai pertimbangan, gerilyawan Tibet akhirnya setuju untuk memindahkan markas besarnya ke dusun Mustang yang berlokasi dekat perbatasan dengan Nepal pada musim panas tahun 1960. Dari sekitar 2.000 gerilyawan yang tersisa, Operasi Intelijen CIA berniat membentuk tujuh kelompok. Mantan pendeta Budha kepercayaan Gampo Tashi Andrugtsang, yakni Bapa Gen Yeshe, dipercaya mengkoordinasi kegiatan ketujuh kelompok ini.
Akibat insiden ditembaknya pesawat mata-mata tipe U-2 di atas wilayah udara Uni Soviet yang sedemikian memalukan AS, maka atas perintah Presiden Eisenhower secara mendadak pada awal musim dingin tahun 1960 ClA menghentikan kegiatan memasokan bantuan senjata dan bahan makanan kepada gerilyawan Tibet via udara. Akibatnya, warga kamp Mustang pun kelabakan. Tidak sedikit yang tewas akibat membeku kedinginan. Untuk bisa bertahan hidup, mereka yang ‘beruntung’ masih bisa hidup bahkan terpaksa memakan sepatu dan jas penahan hujan yang terbuat dari kulit hewan.
Pergantian tampuk kepemimpinan di AS pada musim semi tahun 1961 sedikit memperbaiki kondisi kamp Mustang. Pasokan senjata dan bahan makanan dari Operasi Intelijen CIA kembali mengalir dalam jumlah lumayan besar. Tanpa perlu menunggu lama, para penghuni kamp Mustang pun segera unjuk gigi. Kawasan sekitar jalan raya yang menghubungkan Lhasa dengan Propinsi Sinkiang, RRC segera disatroni. Pasukan RRC yang terkenal gagah perkasa itu ternyata kelimpungan saat harus meladeni serangan gerilyawan kamp Mustang yang bertubi-tubi. Tidak mau tentaranya mati percuma, pihak militer RRC lalu membuat jalur jalan baru yang lebih aman bagi kegaiatan lalu lintas logistiknya.
Operasi Intelijen CIA di Tibet mendapat rejeki nomplok ketika 40 gerilyawan berkuda Tibet mencegat dan menghabisi satu konvoi kecil pasukan RRC yang kebetulan tengah melintas di jalur rawan itu. Para petinggi CIA ‘tercengang’ bukan pada kekejaman para gerilyawan yang membantai seluruh personil militer RRC anggota konvoi, tetapi kepada isi paket yang dibawa konvoi. Di dalam kantong berwarna biru tua yang dipegang seorang perwira militer wanita RRC, tersimpan sekitar 1.500 dokumen rahasia yang berisi setumpuk bukti kegagalan program pembangunan RRC di bawah rejim Mao Tse Tung.
Selain itu, ada pula beberapa dokumen berkualifikasi sangat rahasia yang mengindikasikan tengah terjadi perseteruan sengit di antara para petinggi Partai Komunis RRC dengan pucuk pimpinan Tentara Pembebasan Rakyat RRC. Sedemikian ‘berat’ isi dokumen itu hingga sampai usainya misi Operasi Intelijen CIA di Tibet, tidak ada satu orangpun warga Tibet yang diberi tahu soal isi kantong biru tua yang sedemikian menggegerkan pihak Langley (markas besar CIA) dan tentu saja Beijing selaku empunya dokumen tersebut.
Pada pertengahan tahun 1962, tim telik sandi gerilyawan Tibet bahkan berhasil mengendus keberadaan satu instalasi militer nan rahasia di dusun Lop Nur yang selama ini keberadaannya selalu disangkal oleh pihak Beijing di forum internasional. Lokasi di kawasan utara Tibet itu belakangan jadi fasilitas pengujian senjata nuklir kesatu RRC di tahun 1964.
Segigih apapun perlawanan gerilyawan Tibet, tetap saja mereka tidak mampu menandingi keperkasaan mesin perang RRC. Pembangunan banyak jalan dan lapangan terbang di seantero Tibet memungkinkan Negara Tirai Bambu ini mendatangkan lebih banyak pasukan dan perlengkapan perang. Tidak hanya itu. Secara sistematis puluhan tempat pertapaan dan candi tempat peribadatan warga Tibet dihancurkan RRC. Ribuan warga sipil juga tewas dibantai, disiksa atau dipenjara dalam jangka waktu lama tanpa alasan yang jelas. Seakan pihak Beijing ingin berkata, “Silahkan kalian memberontak sampai orang terakhir, kami bakal tetap bercokol di sini sampai akhir jaman !”