Operasi Intelijen CIA Dimulai
Semua tindakan represif yang digelar pasukan RRC tidak serta merta mematahkan semangat perlawanan warga Tibet. Beberapa saudagar Tibet di bawah pimpinan Gampo Tashi Andrugtsang (51) mendirikan kelompok perlawanan Chushi Gandrug (Empat Sungai Enam Gunung). Biarpun miskin senjata dan pengalaman bertempur, namun nyatanya kelompok ini beberapa kali sukses menjalankan serangan yang menimbulkan banyak korban di tengah pasukan RRC.
Perasaan antipati warga Tibet terhadap RRC mencapai puncaknya pada bulan Februari 1956 pada saat armada AU RRC membom kompleks biara di Chatreng dan Litang yang menewaskan ribuan pendeta dan pengungsi warga sipil. Sadar lawan yang dihadapi kelewat tangguh dan perkasa, kelompok Chushi Gandrug coba mencari bantuan dari luar Tibet. Gyalo Thondup, kakak kandung Dalai Lama segera mengontak konsulat AS di India. Seperti kebanyakan warga Tibet lainnya, ia tidak tahu secuil pun tentang AS. Di lain pihak, AS yang sejak lama memang telah memantau kondisi Tibet pasca invasi RRC dan sudah geregetan ingin ikut campur di sana segera saja menyambut permintaan bantuan itu.
Pada satu malam di musim semi tahun 1957, enam orang anggota pilihan Chushi Gandrug diterbangkan Badan Intelijen AS (CIA) ke pangkalan AL AS di Pulau Saipan guna menjalani serangkaian pelatihan. Bagi mereka, penerbangan ini merupakan pengalaman luar biasa. Seumur hidup mereka belum pernah berhubungan dengan orang asing, apalagi naik pesawat terbang yang kerap mereka juluki sebagai perahu awan. Mereka bahkan tidak tahu di mana tempat yang jadi lokasi tujuan perjalanan. Selama lebih dari lima bulan keenam orang Tibet ini berlatih keras soal ilmu dasar kemiliteran, persandian, intelijen, taktik perang gerilya dan pengenalan berbagai jenis senjata serta tehnik berkomunikasi dengan memakai radio pemancar dua arah.
Di bawah sandi Proyek “ST Circus”, angkatan kesatu gerilyawan Tibet hasil gemblengan Operasi Intelijen ClA yang dipimpin Athar Norbu diterjunkan kembali ke Tibet pada musim gugur tahun 1957. Di tengah malam yang dingin tetapi diterangi bulan purnama, mereka mendarat tidak jauh dari Sungai Tsangpo. Beberapa bulan kemudian, atas sepengetahuan CIA, Gampo Tashi Andrugtsang mendirikan markas besarnya di Triguthang, Tibet Selatan. Basis ini menampung ribuan gerilyawan Tibet. Nama yang diusung kamp ini adalah Tensung Dhanglang Magar (Kelompok Sukarelawan Pembela Budha). Sejak saat itu CIA mulai secara berkala memasok sejumlah besar senjata pasukan infanteri kepada kelompok Gampo Tashi Andrugtsang.
Merasa masa depan Proyek “ST Circus” cerah, Operasi Intelijen CIA lantas mendirikan pusat pelatihan yang berlokasi di Camp Hale yang sejatinya merupakan bekas tempat pendidikan satuan elit AD AS Divisi Gunung ke 10. Orang Tibet menjuluki tempat ini sebagai Dhumra (Taman). Pendidikan militer di Camp Hale sangat spartan. Bahkan para gerilyawan juga diindoktrinasi agar segera menelan pil sianida untuk bunuh diri bila sampai tertangkap musuh. Guna memompa semangat orang Tibet, Operasi Intelijen CIA tidak segan memajang foto Presiden Dwight Eisenhower yang diberi tulisan pesan dan tandatangan palsu Eisenhower.
Rencana RRC menyingkirkan Dalai Lama ke-14 Tenzin Gyatso tidak berjalan mulus. Selama beberapa minggu ribuan warga Lhasa menyemut di sekeliling istana Potala yang jadi kediaman resmi Dalai Lama sehingga garnisun pasukan RRC yang hendak masuk jadi terhalang. Lewat jalur pelarian yang sangat berliku, anak buah Gampo Tashi Andrugtsang berhasil mengungsikan Dalai Lama ke India (17/3/59). Jengkel melihat mangsanya berhasil kabur, pasukan RRC lantas menghujani Lhasa dengan tembakan membabi buta. Perlawanan yang dilakukan kelompok Chushi Gandrug sia-sia belaka. Korban jiwa di kalangan warga Lhasa tidak terbilang jumlahnya. Setibanya Dalai Lama di India, jumlah gerilyawan Tibet yang dikirim berlatih di AS semakin meningkat.