Awal Mula Industri Pesawat Terbang Jepang
Sejarah pesawat terbang Jepang dimulai pada pertengahan tahun 1891. Ketika itu seorang pengusaha lokal bernama Chuhachi Ninomiya berhasil menerbangkan sebuah model pesawat yang hanya ditenagai mesin dengan puntiran karet. Kesuksesan ini kemudian memicu Ninomiya membuat sebuah model pesawat berskala lebih besar. Namun kali ini tenaga didapat dari baling-baling yang putarannya berasal dari per yang biasa dipakai pada mesin jam. Percobaan ini juga sukses. Sayangnya usaha ini pupus dengan sendirinya, namun diam-diam pihak AD Jepang tertarik akan usaha Ninomiya.
Cerita dunia kedirgantaraan Jepang kembali berlanjut pada tahun 1910. Saat kementrian pertahanan negeri itu mengirimkan dua perwira AD-nya ke Eropa untuk belajar terbang. Akhir tahun itu juga keduanya kembali dan memamerkan kebolehannya dengan menerbangkan dua pesawat yaitu Henri Farman dan Grade yang turut dibawanya.
Setelah itu pembelian besaran-besaran mesin perang terbang pun dilakukan. Tercatat pesawat dari jenis Sopwith Strutters, Nieuport Bebe, dan SPADS masuk dalam daftar panjang pembelian senjata Jepang pasca Perang Dunia I. Mulailah trend pesawat terbang militer memasuki Jepang.
Langkah ini melahirkan benih-benih keinginan untuk membuat pesawat buatan sendiri. Hal ini terbukti dengan usaha Kapten Tokugawa -salah seorang lulusan Eropa- memodifikasi pesawat bersayap ganda Farman agar berkemampuan lebih baik. Rombakan tadi kemudian dibuat secara masal oleh Unit Balon Udara AD Jepang di Nakano, sekitar Tokyo. Dengan demikian modifikasi Farman tersebut menandakan pesawat pertama yang dibuat di dalam negeri.
Selain produk hasil lisensi dan modifikasi, rancangan asli karya anak bangsa juga mulai coba dibuat. Pesawat ampibi bersayap ganda (float biplane) tipe Yokosho jadi pesawat rancangan asli Jepang pertama. Letnan satu Chikuhei Nakajima dan Letnan dua Kishichi Magoshi jadi perancangnya di tahun 1916. Namun demikian keberhasilan ini tak lantas membuat hati puas. Buktinya di era 20-an Jepang masih berusaha menggaet pakar pesawat dari luar. Masih satu sumber dengan Farman, yaitu Inggris, kali ini Herbert Smith diboyong untuk bekerja di Mitsubishi. Smith tak lain adalah sesepuh perancang asal pabrikan Sopwith yang kondang dengan karyanya Sopwith Camel semasa Perang Dunia I.