“Tinggal menunggu waktu sebelum kami diharuskan untuk mengeluarkan kemampuan perang berskala besar demi kepentingan Inggris. Tahun lalu, Markas Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ) mendeteksi peningkatan serangan siber terhadap keamanan nasional sebesar dua kali lipat, di angka 200 insiden per bulannya.
“Kami tahu bahwa aktor-aktor intelijen jahat sedang mengembangkan dan meluncurkan kemampuan canggih juga,” ujar Sir Michael.
Serangan siber yang melibatkan Inggris telah memaksa Inggris untuk menginvestasikan 1,9 miliar poundsterling (30 triliun rupiah) demi menjaga Inggris dan meraih keunggulan di bidang keamanan siber.
Kementerian Pertahanan Inggris juga mengumumkan bahwa pihaknya telah menyuntikkan dana sebesar 265 juta pounds (4,2 triliun rupiah) untuk mengembangkan sistem siber yang lebih luas serta “membasmi kerentanan siber” yang masih dialami militer Inggris hingga saat ini.