Selain kedua perangkat aviasi tersebut, perlengkapan dek yang di pasang di kapal ini yakni alat untuk melakukan misi Refueling At Sea atau RAS yang memungkinkan kapal untuk dapat mengisi bahan bakar di tengah laut dengan menerima suplai dari kapal Bantu Cair Minyak atau Tanker. Untuk menunjang kinerja awak kapal dalam melakukan operasi – operasi yang dibebankan, telah disediakan 2 unit Rigid Hulled Inflatable Boat atau RHIB yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan insersi pasukan khusus maupun sebagai sarana bantuan dan evakuasi.
Bicara tentang kenyamanan awak kapal, disediakan 120 unit akomodasi untuk awak kapal dengan fitur pendingin ruangan (AC) serta fitur proteksi dari senjata Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia).
Untuk urusan sensor dan persenjataan, boleh dibilang kapal ini adalah kapal kombatan permukaan dengan sensor dan persenjataan ter canggih dalam jajaran armada TNI AL kelak jika sudah berdinas aktif. Untuk urusan pelacakan dan penjejakan sasaran dipercayakan kepada perangkat radar 3 Dimensi SMART S Mk2 dengan jarak jangkauan deteksi maksimal 250 km. Untuk sistem sonar yang dipasang di kapal ini yakni hull mounted sonar atau sonar yang terpasang pada bagian bawah haluan kapal. Untuk mengatur jalan nya semua sistem senjata dan deteksi sasaran, diperlukan satu perangkat kendali, maka dibenamkan lah satu set Combat Management System atau CMS “Tacticos” buatan Thales.
Adapun senjata utama dari kapal ini yakni sebuah meriam kaliber 76 milimeter besutan Otto Melara. Untuk menghadapi ancaman dari udara, disiapkan 12 unit tabung peluncur rudal anti serangan udara atau SAM (Surface to Air Missile) yang akan diisi oleh rudal Vertical Launched (VL) MICA besutan MBDA. Untuk menangani ancaman rudal anti kapal yang sudah berada dalam jarak sangat dekat, serta untuk menangani ancaman dari kapal – kapal atau perahu berukuran kecil, telah disiapkan 1 unit CIWS atau Close In Weapon System berupa meriam laras tunggal kaliber 35 milimeter SkyShield besutan Oerlikon. Untuk menangani kapal perang musuh yang berada pada jarak jauh dan tidak bisa dijangkau oleh meriam utama maka dipasangkan sistem peluncur rudal anti kapal sebanyak 8 unit tabung peluncur rudal anti kapal jenis Exocet MM40 Block iii. Untuk mengatasi gangguan kapal selam atau senjata bawah air musuh, telah disiapkan 2 unit Peluncur Torpedo Triple di sisi kanan dan kiri kapal yang masing – masing peluncur nya memiliki 3 tabung peluncur torpedo. Selain sederet persenjataan diatas masih ada lagi unit Electronic Counter Measure dan Decoy untuk menipu rudal dari kapal lain agar tidak dapat mengenai kapal ini dengan mudah. Semua sistem senjata tersebut akan dikendalikan oleh perintah dari anjungan yang diteruskan kepada Combat Information Center atau CIC tempat dimana unit CMS ditempatkan.
Saat ini kapal PKR pertama KRI R.E Martadinata 331 telah sukses merampungkan beberapa uji kelayakan atau Sea Trial dan telah siap untuk diserah terima kan kepada TNI AL. Sedangkan kapal ke dua KRI I Gusti Ngurah Rai 332 akan diluncurkan dalam waktu dekat ini. Diharapkan melalui program PKR yang memberikan transfer teknologi ini kedepannya Indonesia dapat membuat sendiri kapal perang untuk mengisi armada TNI AL dimasa yang akan datang.