Selain menggunakan beberapa teknologi F/A-18 Super Hornet buatan Boeing, pesawat latih ini juga mengambil konsep dari Gripen, jet tempur lintas fungsi buatan Saab. Boeing sendiri sudah menyiapkan satu purwarupa siap jalan yang dapat diterbangkan sebelum akhir tahun ini. Sementara unit keduanya masih dalam tahap ujicoba struktural.
Kontrak pengadaan pesawat latih US Air Force ini sendiri bernilai $11 miliar (144 triliun rupiah). Untuk memenangkannya, Boeing dan Saab harus bertarung keras melawan Lockheed Martin yang menggandeng Korea Aerospace Industries (KAI) dalam mengembangkan pesawat latih T-50A; serta Northtrop Grumman yang menggandeng BAE System (Inggris) dan L-3 Communications untuk mengembangkan T-X Model 400 yang baru saja melakoni penerbangan perdananya pada Agustus silam. Terakhir, ada kuartet Raytheon, CAE (Prancis), Honeywell Aerospace, dan Leonardo-Finmeccanica (Italia) yang telah mengembangkan pesawat latih T-100, hasil modifikasi Alenia Aermacchi M-346 Master yang dipakai oleh AU Italia dan Israel.