Howitzer, adalah jenis artileri dengan sudut elevasi penembakan rendah (0-45 derajat) maupun tinggi (45-90 derajat) dan dapat digunakan baik untuk penembakan langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect). Howitzer pada umumnya memiliki kecepatan laras lebih rendah daripada gun tetapi memiliki jarak tembak paling jauh. Terlebih lagi, dengan teknologi modern berupa base bleed dan RAP (Rocket Assisted Projectile) maka howitzer menjadi andalan utama Korps Artileri di semua negara.
Mendengar istilah mortir sendiri, yang terbayang utama di benak pembaca adalah sebuah artileri ringan yang mudah dibawa-bawa oleh pasukan infantry untuk ditembakkan ke pasukan musuh. Definisi mortir sendiri adalah artileri dengan sudut elevasi penembakan tinggi (45-90 derajat) dan memiliki kecepatan proyektil rendah. Oleh karena sudut penembakan tinggi dan kecepatan rendah ini, konstruksi mortir dapat dibuat ringan dan mudah dibawa-bawa, karena tidak membutuhkan laras tebal seperti halnya howitzer. Selain itu, sebuah sisi positif lainnya, karena tekanan dalam laras rendah, dinding proyektil dapat dibuat setipis mungkin dan menambah bahan peledak di dalam proyektil. Otomatis daya ledak mortir luar biasa.
Contohnya, sebuah mortir 81 mm, memiliki kandungan bahan peledak setara Howitzer 105 mm. Dan sebuah mortir 120 mm memiliki kandungan bahan peledak setara Howitzer 155 mm. Hanya saja, jarak tembak mortir sangatlah pendek. Ketika Howitzer dengan mudah dapat menjangkau jarak 20 km, maka mortir terbatas di angka 7-9 km saja. Meskipun demikian, profil mortir yang ringan dan mudah dipindah-pindah sangat cocok untuk mendukung serangan Infantri.
Peran mortir sendiri menjadi sangat berguna ketika pertempuran berlangsung di dekat perbentengan musuh, dimana trayektori yang tinggi menjadi keunggulan mortir untuk menghancurkan target dibalik dinding tebal perbentengan. Dan sejak zaman abad pertengahan, mortir digunakan untuk pengepungan benteng (siege). Selama Perang Dunia II, Jerman mengembangkan mortir raksasa dan membuat mortir swagerak terbesar yaitu Karl-Gerat yang digunakan di Sevastopol dan selama Warsaw Uprising.
pertamax buat saya….
saya suka alutsista german dan rusia, dan sepertinya vena sesuai untuk marinir TNI, btw apakah betul vena bisa menembak di saat masih berada di permukaan air/laut?