Gerakan pasukan penyerbu sektor Tulehu tertahan di Waitatiri; sementara di sektor Hitu tertahan di Wanat dan Telaga Kodok. Hal ini disebabkan pasukan RMS lebih mengenal medan pertempuran, mampu memanfaatkan potensi daerah untuk bertahan dan menyerang serta didukung juga oleh dua kompi eks-KST (Korps Speciale Troepen). Menanggapi situsi yang terjadi, Letnan Kolonel Slamet Riyadi pun mengungkapkan gagasannya kepada Kolonel A.E. Kawilarang untuk nantinya membentukan pasukan komando yang mampu diandalkan. Pasukan komando yang terampil bertempur di segala medan sekaligus mempunyai kemampuan tempur individu yang tangguh termasuk mahir menggunakan berbagai jenis senjata.

Operasi Senopati tahap II dilaksanakan pada 3 November 1950. Posisi Pasukan RMS di Ambon digempur dari tiga jurusan, dari Hitu yang dipimpin Mayor Suryo Subandrio, dari arah Passo yang dipimpin Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan dari Pantai Ambon, yang dipimpin Mayor Achmad Wiranatakusumah. Hari itu juga, Benteng Victoria di Kota Ambon yang dikuasai Pasukan RMS dapat direbut oleh batalyon yang dipimpin Mayor Lukas Koestarjo yang mendarat di Pantai Ambon.

BACA JUGA :  Kisah Operasi Trikora: Pesawat Pak Harto Nyaris Ditembak Belanda!

Pasukan dari arah Passo yang dipimpin Letnan Kolonel Slamet Riyadi akhirnya bisa mendekati Benteng Victoria pada 4 November 1950. Namun sama sekali Letnan Kolonel Slamet Riyadi tidak menduga bahwapada dini harinya benteng itu telah direbut kembali oleh Pasukan RMS yang didukung anggota eks-KNIL. Dengan mengibarkan bendera merah putih, Pasukan RMS yang berada di dalam Benteng Victoria tetap menembaki iring-iringan tiga buah panser. Letnan Kolonel Slamet Riyadi berada dalam panser paling depan, Komandannya adalah Kapten Klees (salah seorang KNIL Belanda yang memilih menjadi anggota TNI pasca KMB dan menjadi komandan pasukan Kavaleri TNI di operasi lawan RMS ini). Tembakan-tembakan itu kemudian mereda dan membuat Letnan Kolonel Slamet Riyadi ingin keluar dari panser untuk memeriksa keadaan di Benteng Victoria yang dikiranya masih dikuasai oleh pasukan pimpinan Mayor Lukas Koestarjo.

BACA JUGA :  HUT TNI 2016 Tidak Akan Diramaikan Dengan Parade Alutsista

Hal ini awalnya sempat dicegah oleh Kapten Klees, karena menurutnya di dalam benteng itu adalah anggota eks-KNIL yang bergabung dengan Pasukan RMS; walaupun mereka mengibarkan bendera merah putih. Kapten Klees adalah perwira eks-KNIL juga sehingga yang hafal taktik tempur yang mereka gunakan. Namun Letnan Kolonel Slamet Riyadi bersikeras memerintahkan Kapten Klees untuk membuka tutup kubah panser. Sesaat setelah keluar dari panser tanpa memakai topi baja; rupanya gerakan Letnan Kolonel Slamet Riyadi sudah diamati oleh seorang penembak jitu Pasukan RMS sehingga langsung terdengar tembakan dan tepat mengenai perut Letnan Kolonel Slamet Riyadi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here