KSAD Kolonel Djatikusumo mengeluarkan perintah penugasan kepada Pasukan T untuk menjalankan operasi teritorial dan intelijen di Kabupaten Purwodadi, Pati, Kudus dan Jepara pada bulan Oktober 1948 yang bertujuan mendampingi pemulihan pemerintahan sipil dan menjadi perwira penghubung dengan pasukan Divisi Siliwangi yang bertugas menumpas pemberontakan PKI Madiun
Dalam melaksanakan tugasnya, mereka bertanggung jawab langsung kepada KSAD dan berkoordinasi di lapangan dengan Gubernur Militer Jawa Tengah Kolonel Gatot Soebroto. Penugasan ini menjadi pengalaman baru bagi para anggota Pasukan T karena titik beratnya adalah aspek pembinaan teritorial dan intelijen, mereka langsung berhubungan dengan rakyat, pemerintah daerah dan unsur militer yang ada. Bahkan beberapa diantaranya ditugaskan menjadi Wedana Militer dan Camat Militer karena pejabat pemerintahan sipil daerah itu dibunuh PKI atau pergi mengungsi.
AGRESI II MILITER BELANDA
Agresi II Militer Belanda pada 19 Desember 1948 membuat anggota pasukan T terpisah di dua front. Mereka yang masih bertugas di Pati dan sekitarnya pasca pemulihan akibat pemberontakan PKI Madiun bergerilya di sekitar Gunung Muria menghadapi Pasukan Marinir Belanda yang mendarat di Rembang dan pasukan infanterinya dari Semarang. Perlengkapan dan senjata yang mereka gunakan mendapat tambahan hasil rampasan dari para pemberontak PKI, seperti Senapan LE, Senapan Steyr/Hemburg eks-KNIL, Senapan Arisaka eks-Jepang dan granat tangan. Beberapa anggota Pasukan T di front ini adalah Mayor Munadi, Kapten Ali Mahmudi dan Letnan Satu Slamet Danusudirdjo.
Front yang kedua dialami para anggota Pasukan T yang selesai melanjutkan SMA di Magelang dan yang sedang berkuliah di Yogyakarta, mereka bergerilya di sekitar Daerah Aliran Sungai Kulon Progo, Gunung Sumbing dan Wonosobo. Mereka dipimpin oleh Letnan Dua Sudharmono (yang kemudian hari menjadi Wakil Presiden Rl). Perlengkapan mereka lebih baik, selain menggunakan Senapan LE, Senapan Steyr/Hemburg eks-KNIL, Senapan Arisaka eks-Jepang dan granat tangan juga dilengkapi pistol mitraliur Schmeisser dan mortir eks-Jepang lengkap dengan amunisinya. Anggota Pasukan T ini berhasil melancarkan serangan umum ke kota Magelang pada 17 Januari 1949 pukul 00.00, walaupun sasaran utamanya bukan untuk menguasai kota serangan ini mampu membuat Pasukan Belanda panik di pos-posnya.
Aku bangga almarhum kakek ku dulu menjadi anggota pasukan divisi 5 ronggolawe, di bawah komando bpk sudarmono, aku anak cepu bangga kota cepu dulu menjadi markas divisi 5 ronggolawe.
Sy juga anak dari pasukan / Divisi V Ronggolawe yg berasal dari Blora