“Jepang bukanlah pihak yang secara langsung memiliki urusan dalam sengketa Laut Cina Selatan. Kami menyerukan kepada pihak Jepang supaya memikirkan ulang kata-kata dan langkah yang mereka ambil, serta menahan diri dari tindakan yang dapat merusak perdamaian dan kestabilan regional,” tambah Lei.
Sengketa di Laut Cina Selatan, laut yang menjadi jalur perdagangan 1/3 total minyak dunia, mulai memanas dalam beberapa bulan terakhir sejak Tiongkok mulai melakukan militerisasi di pulau-pulau karang Spratlys, serta membangun pulau buatan di sekitarnya untuk menyokong fasilitas militer mereka.
Sebagian besar kepulauan Spratlys sebenarnya masih dikendalikan oleh Filipina dan sering dijadikan area penangkapan ikan oleh nelayan setempat. Namun, instalasi militer Tiongkok membuat ekonomi nelayan menjadi terpuruk. Selain Filipina, Taiwan juga mengklaim kepemilikan atas wilayah perairan tersebut.