ISIS disebut-sebut mampu mengumpulkan sekitar 25 juta dollar (330 miliar rupiah) setiap tahunnya dari penjualan barang ke luar negeri.
“Beberapa pihak mungkin bertanya sampai sejauh manakah pembiayaan (negara) Arab Teluk terus menyokong kegiatan daulah (ISIS),” ujar al-Khatteeb kepada komisi parlemen Inggris. “Yang pasti, ISIS mampu menarik sejumlah sumber pendapatan lain, terhitung dalam rentang Januari 2015, ketika ekonomi kota Raqqa hancur lebur, hingga Januari 2016, saat pasukan ISIS meluncurkan serangan besar-besaran ke pihak Suriah. Uang yang mereka terima berasal entah dari mana.”
David Butter, analis lembaga pengamat militer Chatham House mengatakan kepada komite parlemen Inggris bahwa ISIS memanfaatkan fluktuasi nilai tukar mata uang dan jaringan broker yang disebut dengan “hawala.” ISIS disebut-sebut kerap mentransfer uang antar bank Yordania dan Irak untuk mengeksploitasi ketidakstabilan pasar moneter.
“Jadi, ketika pemerintah Irak melakukan lelang mata uang asing secara berkala, ISIS juga ikut bermain didalamnya. Merekapun dapat mengambil margin keuntungan dari selisih nilai tukar berbagai mata uang yang ada disana, lalu kemudian mengirimnya kembali ke daerah kekuasaan mereka melalui jaringan hawala,” kata Butter.
Biasa maling teriak maling oleh barat, bukan kah dana isis dari barat ?