Pernyataan dari Sergey Ryzhkov disampaikan setelah sebuah unit pesawat pengawas An-30 bermesin ganda milik Rusia, ditolak masuk ke wilayah udara Turki tanpa adanya peringatan dini dari Ankara. Pesawat yang dijadwalkan terbang pada 1-5 Februari tersebut sudah berkomunikasi perihal tujuannya dengan pihak militer Turki. Namun, pihak Turki mengklaim bahwa mereka tidak pernah mendapat permintaan izin terbang (dari Rusia).
“Dalam rencana perjalanan pesawat tersebut, terdapat kegiatan untuk melakukan observasi daerah yang dekat dengan perbatasan Turki-Suriah, dan juga pangkalan udara yang menjadi tempat beristirahat pesawat tempur NATO. Rusia pun menuduh Turki memberi “teladan berbahaya” karena kurangnya pengawasan antar negara anggota pakta.
“Kami tidak akan mundur tanpa bereaksi dengan memperhatikan pelanggaran Pakta Udara Terbuka yang dilakukan pada wilayah Republik Turki,” kata pejabat Rusia.