Sesuai dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) yang ditandatangani oleh pihak internasional perihal isu program nuklir Iran pada Juli 2015 di Vienna, Teheran tidak diperkenankan untuk membangun atau menguji sistem rudal, ataupun membeli peralatan konvesional canggih dari luar negeri. Namun, Sitnikov berpendapat bahwa “Perjanjian JCPOA tidak mengucilkan hak Iran dalam aspek pertahanan dalam negerinya.”
“Perjanjian ini memang sudah membuat kontroversi dari awalnya. Senator AS untuk Komite Angkatan Bersenjata, John McCain secara terpisah menolak menghapus embargo senjata besar-besaran yang diterapkan pada Iran. Namun, negara-negara lain akhirnya sepakat bahwa penghapusan sebagian embargo senjata ini diperbolehkan, dengan syarat Iran tidak boleh mengancam negara tetangganya, terutama Arab Saudi.”
Ahli di Barat tidak semuanya setuju mengenai pendapat yang menyatakan kemampuan militer Iran dan kapasitas tempurnya telah mundur secara signifikan akibat dari sanksi berkepanjangan. Jurnalis Rusia tersebut mengutip pernyataan dari analis pertahanan Israel, Ben Moses yang tahun lalu mengatakan kepada koran Politico bahwa kemampuan militer Iran “sangatlah lemah.”
“Iran dalam anggaran pengadaan alutsistanya tahun lalu menghabiskan 550 juta dollar,” ujar Moses. “Jika Anda membandingkannya dengan impor alutsista Arab Saudi, mereka menghabiskan 7 miliar dollar tahun lalu. Uni Emirat Arab mengimpor 4 miliar dollar. Oman 1 miliar dollar, yang mana hampir dua kali lipat dari total belanja Iran.”
“Penyegaran” alutsista Iran, menurut Moses, akan membutuhkan biaya total sekitar 40 miliar dollar. “Pihak politisi Iran dan pejabat militer mereka juga menganggarkan angka serupa untuk belanja di masa mendatang,” tambah Sitnikov.