Perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan di situsnya mengatakan, “Tahun ini kami akan melakukan lebih dari 20 kali peluncuran ruang angkasa, dimana angka ini merupakan misi dengan jumlah terbanyak dalam kurun satu tahun.”
Perusahaan menambahkan bahwa mereka juga akan meluncurkan satelit komunikasi untuk negara Belarusia, sebagai tanda bahwa Tiongkok berhasil mengekspor satelit komunikasi ke Eropa pertama kalinya.
Tiongkok dijadwalkan akan meluncurkan laboratorium ruang angkasa Tiangong 2 pada semester pertama tahun ini, untuk menguji adanya kehidupan di luar angkasa. Di dalam laboratorium ini juga akan dibangun teknologi untuk stasiun ruang angkasa masa depan negeri tirai bambu tersebut.
Kemudian, pesawat ruang angkasa Shenzhou XI akan diluncurkan dengan bantuan roket Long March 2F untuk mengirim astronot ke laboratorium ruang angkasa dan menancapkan pesawatnya disana.
Beijing berencana untuk meluncurkan modul inti stasiun ruang angkasa mereka pada 2018 mendatang untuk menguji teknologi terkait dan meneliti isu-isu yang berhubungan dengan masalah teknis. Menurut sumber pemerintah, stasiun tersebut akan beroperasi penuh sekitar tahun 2022 mendatang.
Sementara itu, perusahaan China Academy of Launch Vehicle Technology sedang melaksanakan tes akhir untuk roket Long March 5, yang merupakan jenis roket terberat, paling menantang, dan paling mutakhir dari koleksi roket buatan Tiongkok.
Untuk mengakomodasi misi ruang angkasa yang semakin sering dilakukan, akademi tersebut telah meningkatkan kapasitas produksi tahunan mereka dari maksimal delapan roket menjadi 20 unit. Badan tersebut juga mengurangi durasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan setiap roket baru secara besar-besaran.