Alasannya, karena adanya ancaman data yang dicuri oleh pesaing dekat, yang dapat menggunakannya untuk berbalik melawan AS.
“Jika semakin lebih banyak informasi yang jatuh ke tangan musuh mengenai siapa yang ditargetkan dalam serangan tersebut dan apa yang akan dilakukan selanjutnya, maka serangan mereka akan semakin efektif. Jadi, kami sangat termotivasi untuk menjaga informasi kami dan melindungi keunggulan apapun yang kami punya disbanding pesaing,” ujar Kendall.
Contoh kasus peretasan data nasional dan pencurian teknologi yang pernah menimpa AS relatif banyak. Namun, salah satu yang paling fenomenal adalah peretasan data Lockheed Martin, pabrikan pembuat pesawat tempur, di tahun 2011 silam. Kemudian, beberapa tahun setelahnya, Tiongkok kemudian meluncurkan pesawat tempur J-31 “buatan mereka sendiri.” Pesawat tersebut dinilai meniru mentah-mentah F-35 yang dikembangkan oleh Lockheed sebagai kontraktor utama. Bahkan program Three Dimensional Expeditionary Long-Range Radar (3DELRR) yang diciptakan oleh Angkatan Udara AS juga ikut ditiru oleh J-31.
Namun, Kendall memperingatkan, “Jika langkah-langkah diatas juga belum efektif, maka kami akan harus melakukan sesuatu yang sangat ketat untuk melindungi informasi (rahasia).”