Meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut perihal penjualan ini, Smirnov mengatakan Angkatan Udara Aljazair juga sedang bernegosiasi untuk melakukan pembelian jangka panjang unit Sukhoi Su-24 “Fencer” versi terbaru. Pembelian ini dianggap sejalan dengan perubahan kebutuhan Aljazair dalam menyelesaikan proyek re-orientasi dan modernisasi angkatan mereka.
Unit Su-34 diyakini sebagai salah satu bagian dari kesepakatan bernilai 7,5 miliar dollar yang ditandatangani kedua negara pada Maret 2006. Dalam kesepakatan ini Aljazair-Rusia setuju untuk mengadakan penyediaan sistem anti-rudal, penerbangan, peralatan pertahanan bangsal darat dan laut, serta beragam teknologi.
Akhir tahun lalu, pakar militer Rusia Igor Korotchenko mengatakan kepada surat kabar RIA Novostin bahwa performa Su-34 yang bertugas di Suriah akan membantu menarik minat pembeli potensial di Afrika, Eropa Timur dan Timur Tengah untuk mengevaluasi kinerja unitnya, sehingga dapat memutuskan apakah akan membelinya atau tidak.
“Beberapa negara di Afrika, termasuk Uganda dan Nigeria yang sedang melancarkan perang melawan Boko Haram, bisa saja membeli Su-34. Pesawat tempur pembom kelas atas ini juga bisa memperkuat Angkatan Udara Ethiopia, yang masih mengoperasikan armada Su-27 yang sudah menua,” kata Korotchenko.
Su-34 juga telah menarik minat Irak, Uzbekistan dan Turkmenistan. Sementara itu, Kazakhstan sudah mengoperasikan satu skuadron pesawat tempur yang baru saja diakuisisi dari Rusia. Didukung oleh mesin ganda turbofan Saturn AL-31F, Su-34 merupakan unit pesawat tempur pembom generasi keempat yang diciptakan berdasarkan pengembangan airframe Sukhoi Su-27.
Unit ini dapat melakukan operasi non-stop sejauh 4.000 kilometer dan terbang dengan kecepatan maksimum hingga 2.200 kilometer per jam. Persenjataan utamanya mencakup rudal GSH-301 30 mm, rudal jelajah, rudal udara ke udara, rudal udara ke darat, serta rudal anti-kapal dan anti-radiasi. Selain itu, Su-34 juga dapat menjatuhkan bom dengan mengunci target secara presisi.
